Thursday, July 14, 2016

Makalah Harga and Analisis Tranfer



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pemikiran organisasi dewasa ini beroritasi ke arah desentralisasi. Salah satu tantangan utamanya didalam mengoprasikan sistem desentralisasi adalah menyediakan dan mempersiapkan metode akuntansi yang memuaskan untuk mentransfer barang dan jasa dari satu kepusat laba  yang lain yang terdapat didalam perusahaan yang memiliki jumlah transaksi yang cukup signifikan (berarti). Didalam bab ini berbagai pendekatan yang dikenal akan dibahas termasuk yang berkaitan dengan sistem negosiasi dari arbitrasi yang merupakan esensi dari sistem harga tranfer.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Harga Tranfer.?
2.      Apa yang dimaksud dengan Analisis Laba.?
C.    Tujaun Masalah
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud Harga Transfer.
2.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud Analisis Laba.
D.    Mafaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1.       Manfaat Teoritis Dapat memberikan sumbangan mengenai ilmu pengetahuan tentang Harga Transfer dan Analisis Laba.
2.       Bagi peneliti Dapat menambah pengetahuan dan wawasan sistem akuntansi Harga Tranfer dan Analisis Laba.
3.       Bagi Universitas Dapat digunakan dalam kajian ilmiah bagi mahasiswa dan sebagai bahan bacaan (maksudnya bahan penelitian dan bahan referensi) di perpustakaan Universitas Islam Malang.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Tujuan Harga Transfer
Harga transfer merupakan mekanisme pendistribusian pendapatan perusahaan dan bukan semata-mata merupakan teknis akuntansi. Lebih-lebih ia merupakan alat perilaku yang memotivasi para manajer untuk membuat keputusan yang benar dan tepat. Secara khusus, harga transfer sebaiknya dirancang sehingga mencapai tujuan sebagai berikut:
1.      Harga transfer sebaiknya menyediakan segmen dengan informasi relevan yang diperlukan guna menetapkan pertukaran optimal antara biaya dan pendapatan perusahaan.
2.      Harga transfer sebaiknya menciptakan keputusan yang sesuai sehingga sistem tersebut dirancang sesuai dengan keputusan yang akan memperbaiki kinerja unit bisnis yang akan memperbaiki keuntungan perusahaan secara keseluruhan.
3.      Harga transfer sebaiknya membantu mengukur kinerja ekonomi dari setiap pusat laba individual.
4.      Sistem harga transfer sebaiknya diciptakan sesederhana mungkin dan mudah dimengerti serta mudah dilaksanakan.
B.     Prinsip Dasar Harga Transfer
Prinsip utama harga transfer adalah sama dengan penerapan harga produk ketika suatu produk tersebut dijual kepada pihak di luar perusahaan (pembeli diluar perusahaan) atau ketika produk tersebut dibeli dari pihak di luar perusahaan dimana didalam harga transfer tersebut telah mengandung tambahan jumlah diatas biaya produksinya.
C.     Harga Transfer Dalam Situasi Ideal
Harga transfer akan menciptakan keseimbangan ideal jika semua kondisi yang terdapat dibawah ini terpenuhi sepenuhnya, akan tetapi dalam dunia praktek, hal ini jarang sekali dapat dijumpai. Meskipun tidak seluruhnya dapat dipenuhi akan tetapi tidak berarti sistem harga transfer tidak dapat diterapkan ia tetap dapat diterapkan hanya tidak dalam predikat ideal. Barangkali dalam segala hal kondisi ideal ini sangat sulit untuk dijumpai karena kondisi ideal hanya tercipta dengan prasyarat yang sempurna padahal didunia ini tidak ada sesuatu yang sempurna. Adapun beberapa syarat yang harus dipenuhi didalam menerapkan sistem harga transfer ini adalah sebagai berikut:
1.      Orang yang berkompeten
Idealnya, para manajer dalam jangka panjang berkepentingan terhadap berbagai pusat pertanggungjawaban.
2.      Susasana yang baik
Para manajer harus memandang profitabilitas sebagai sesuatu yang terukur sebagaimana yang dicantumkan didalam laporan laba rugi dan dipandang sebagai tujuan yang sangat penting didalam mempertimbangkan kinerja mereka. Mereka harus menerima bahwa sistem harga transfer sangat baik bagi mereka semua.
3.      Tersedianya harga pasar
Harga transfer yang ideal harus didasarkan atas harga pasar yang normal untuk predik yang sama atau identik (hampir sama). Umumnya harga transfer yang dipakai didalam perusahaan akan lebih rendah dari harga pasar sebab harga transfer yang ditetapkan didalam perusahaan tidak dibebani beban promosi dan beban operasi penjualan lainnya.
4.      Kebebasan Memilih
Harga transfer harus mempunyai banyak pilihan dan para manager seharusnya diperkenankan memilih alternatif harga yang tersedia sesuai dengan kepentingan yang terbaik. Manajer pembelian diberi kebebasan penuh untuk membeli diluar dari luar perusahaan atau tidak. Manajer penjualan juga diberi kebebasan untuk menjual ke luar perusahaan atau ke dalam perusahaan.
5.      Arus Informasi yang penuh
Para manajer pusat pertanggungjawaban harus mengetahui tentang berbagai alternatif yang tersedia dan mengetahui pula biaya relevan dan penghasilan dari masing-masing produk yang ada.
6.      Negosiasi
Didalam perusahaan harus terdapat mekanisme negosiasi yang baik, sehat, lancar, terbuka, fair, jujur dan tidak memihak sehingga kinerja organisasi secara keseluruhan dapat dipertahankan dan dikembangkan.
D.    KENDALA PENERAPAN HARGA TRANSFER
Idealnya, manajer pembelian yang diberi kebebasan untuk membuat keputusan membeli dari internal atau eksternal harus merupakan pusat laba dan mempunyai jiwa berwiraswasta dan hal ini juga berlaku bagi manajer penjualan. Meskipum demikian, dalam dunia nyata (dunia praktek) kebebasan demikian tidak mudah tersedia sepenuhnya karena banyak sekali hambatan yang dihadapi yang diciptakan oleh kebijakan perusahaan. Dalam keadaan demikian maka harga transfer tidak dapat diterapkan. Seringkali perusahaan mengharuskan memakai produk internal meskipun di luar perusahaan harganya cukup murah.
E.     PENETAPAN HARGA TRANSFER UNTUK MENGUKUR KINERJA MANAJEMEN
Suatu harga dapat menjadi harga transfer manakala didasarkan atas suatu harga yang ada dalam pasar independen dan biaya memproduksi setiap bagian atau devisi biasanya ditetapkan secara layak dan wajar.
Harga transfer adalah harga yang tidak akan dibayar oleh divisi menurut harga pasar akan berada dalam posisi alokasi pendapatan antar divisi yang ada dan biasanya diselesaikan melalui persetujuan antar mereka. Tugas manajemen adalah mengembangkan sistem penetapan harga pokok transfer yang  1) memberikan ukuran kinerja yang menggambarkan penggunaan sumber ekonomi divisi 2) memberikan alokasi sumber ekonomi perusahaan secara optimal.
Harga transfer yang terbaik untuk mengukur kinerja manajemen adalah harga transfer yang dapat menggambarkan harga secara terbuka dan bebas.
F.     HARGA TRANSFER UNTUK KEPUTUSAN
Harga transfer yang paling ideal untuk pengambilan keputusan manajemen adalah harga yang akan digunakan oleh perusahaan dan tidak ditetapkan secara bebas oleh setiap divisi. Jika setiap devisi diberi kebebasan tidak menutup kemungkinan ia lebih menekankan untuk memperoleh perhitungan laba yang sangat menguntungkan divisinya sendiri. Harga yang ditetapkan oleh perusahaan akan menekankan kepada keberadaan perusahaan secara keseluruhan dari pada kepada dicisi secara individu.
G.    HARGA TRANSFER UNTUK PELAPORAN EKSTERNAL
Menurut prinsip akuntansi yang diterima umum, aktiva harus dilaporkan berdasarkan biayanya dan penghasilan tidak boleh diakui sampai terselesainya penjualan dengan pihak diluar perusahaan. Harga transfer yang cocok untuk pemakaian eksternal adalah biaya sesungguhnya (aktual) yang didasarkan atas penetapan harga pokok absorpsi penuh. Dengan cara ini, persediaan ditetapkan atas biaya penuh yang perlu dibawa kepada barang yang kondisinya siap untuk dijual kembali.
H.    KASUS PENETAPAN HARGA TRANSFER
Untuk mengilustrasikan persoalan harga tranfer marilah kita asumsikan bahwa perusahaan XYZ memproduksi bahan-bahan kimia industri. Ada 3 (tiga) divisi yang akan dievaluasi atas dasar laba dan tingkat kembali investasinya. Divisi R menyuking (extract) bahan dari binatang. Produk yang dihasilkan divisi R dijual kepada divisi E dan juga dijual kepada langganan diluar perusahaan dengan harga Rp.100.000,- per barel. Divisi R telah bekerja dengan tingkat kapasitas 80% dan mempunyai rasio batas kontribusi produknya dijual kepada divisi X. Produk E memerlukan biaya variabel sebesar Rp.110.000,- disamping biaya yang diproleh dari divisi E. Divisi E telah beropesi dengan tingkat kapasitas 60% dan mempunyai resiko batas kontribusi sebesar 30%. Divisi X memadukan satu unit produk E dengan bahan-bahan yang lain dalam proses sehingga membebankan biaya variabel  sebesar Rp.100.000,-, dan hasilnya adalah pembersih industri. Harga produk X yang dijual kepada pihak luar perusahaan adalah sebesar Rp.500.000,- per unit. Setiap divisi membeli dan menjual kepada pihak eksternal disampung kepada pihak internal. Divisi X melakukan tawar menawar dengan divisi E dan juga dua perusahaan yang ada diluar yang juga memuat produk E dan juga dua perusahaan yang ada diluar yang juga memuat produk E. Tawar menawar tersebut adalah Rp.300.000,- per unit dari divisi E, Rp.250.000,- per unit dari perusahaan logam Mulia dan Rp.270.000,- dari perusahaan Abadi Jaya. Abadi Jaya akan membeli bahan dari divisi R dengan harga Rp.80.000,- dengan memberikan rasio batas kontribusi yang normal. Manajer divisi E menolak membandingkan dengan harga yang bersaing dengan diluar dan telah meminta menajemen puncak perusahaan agar manajer divisi X membeli produk E darinya dengan harga penawaran sebesar Rp.300.000,-.
I.       UKURAN KINERJA BERGANDA
Diseluruh bahasan diatas kita telah menekankan pada data keuangan kuantitatif untuk mempertimbangkan efektifitas pengambilan keputusan manajemen. Ukuran keuangan seperti tingkat kembali investasi (ROI) adalah berguna dan sah akan tetapi tidaklah berarti ia merupakan ukuran yang cocok.
Oleh karena itu, akhir-akhir ini banyak sekali perusahaan yang lebih menyukai ukuran kinerja ganda baik yang finansial maupun yang non finansial. Pada dasarnya yang menjadi sasaran atau tujuan perusahaan sekarang ini adalah :
1.      Profitabilitas
2.      Posisi dipasar dan penguasaan pangsa pasar
3.      Produktifitas
4.      Kepemimpinan produk
5.      Kepemimpinan perusahaan di pasar modal
6.      Pengembangan sumber daya manusia
7.      Pengembangan lingkungan hidup
8.      Pembentukan perilaku dan sikap tenaga kerja
9.      Tanggung jawab perusahaan terhadap publik
10.  Keseimbangan antara tujuan jangka pendek dan jangka panjang
11.  Pengembangan program sosial dan kemasyarakatan
12.  Pengembangan dan riset menemukan produk unggulan
13.  Membantu peningkatan kualitas organisasi sosial dan organisasi keagamaan
14.  Membantu mengembangkan organisasi olahraga
15.  Membantu mengembangkan organisasi pendidikan
Terhadap 15 (lima belas) tujuan perusahaan tersebut diatas dapat dilakukan tiga analisis atau observasi, yang pertama, mengukur penaksiran kinerja baik finansial maupun non finansial. Profitabilitas dan produktifitas dapat bersifat finansial maupun non finansial. Ukuran pengembangan sumber daya manusia, pembentukan perilaku dan sikap tenaga kerja serta tanggung jawab perusahaan terhadap publik bersifat nonfinansial dan sangat subyektif. Kedua agak bersifat kontradiksi, yaitu peningkatan profitabilitas melalui peningkatan produktifitas pegawai dapat menurunkan moral pegawai. Mempertahankan kepemimpinan produk akan menimbulkan biaya riset dan pengembangan yang selanjutnya akan memperkecil profitabilitas jangka pendek. Manajer seharusnya tidak hanya menekankan pada suatu tujuan saja akan tetapi mencari keseimbangan diantara berbagai tujuan yang ada. Ketiga, tujuan ganda akan meningkatkan tekanan terhadap manajer. Upaya untuk mencapai berbagai tujuan secara bersamaan akan membuat manajer kewalahan, frustasi, apatis dan kebingungan.

J.      METODE PENETAPAN HARGA TRANSFER
Metode harga transfer yang digunakan harus sesuai dengan operasi perusahaan. Untuk memperoleh harga transfer ada 5 metode umumnya dipakai yaitu, 1) biaya 2) biaya tambah 3) harga pasar 4) harga negoisasi dan 5) harga rangkap (harga berpasangan).
Biaya. Menurut teori penetapan harga transfer antar devisi, sebagian besar perusahaan menggunakan metode biaya atau metode biaya tambah didalam menetapkan harga transfernya. Biaya yang dipakai didasarkan atas aktual, anggaran, standar, variabel atau estimasi biaya lainnya yang dapat diterima.
Biaya tambahan. Di dalam harga transfer biaya tambahan akan ada beda, biasanya berkisar antara 20% sampai dengan 40% dari biaya yang kemudian ditambahkan kepada harga pokok suatu produk.
Banyak sekali perusahaan didalam menetapkan harga transfer menggunakan metode biaya tambahan yang akan mendekati harga pasar. Dasar biaya yang digunakan di dalam menetapkan harga transfer akan  bervariasi diantara berbagai macam perusahaan. Akan tetapi ada juga perusahaan yang menggunakan harga transfer atas dasar variabel biaya. Bahkan kadangkala biaya tetap dan biaya kapasitas yang menganggur dapat juga dimasukkan.
Harga pasar. Bilamana harga pasar bersaing dapat ditetapkan terhadap keluaran (output) devisi, sebagaimana harga tersebut dibebankan kepada masyarakat luas, harga pasar umumnya sangat memuaskan untuk dijadikan patokan harga transfer. Sangat diharapkan bahwa harga pasar dibentuk berdasarkan proses tawar menawar dan melakukan transaksi kedua belah pihak yang didasarkan jumlah kuantitas yang mewakili.






BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam penulisan ini, metode yang digunakan adalah metode deskritptif kualitatif kemudian dilakukan pencarian data-data untuk mendukung penulisan ini. Dalam proses pencarian data ini, data yang digunakan harus relevan dan harus berkaitan dengan apa yang menjadi pokok pembahasan. Metode yang dimaksud seperti:
1.      Wawancara
      Pada tahap ini dilakukan observasi atau survey system melalui teknik wawancara.  Menurut  Hall  (2007)  wawancara merupakan sebuah metode untuk mendapatkan fakta tentang sistem yang ada saat ini dan persepsi pengguna tentang hal – hal  yang  dibutuhkan oleh system baru.  Wawancara dilakukan dengan pihak manajemen.
2.      Peninjauan Data Lain.
Tahap ini penulis menggunakan media lain seperti browsing dan literature buku untuk memperkuat pemahaman tentang Harga Transfer dan Analisis Laba.











BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Pengertian Harga Transfer dan Analisis Laba
Harga transfer (transfer pricing) merupakan harga produk atau jasa yang ditransfer secara internal oleh pusat-pusat pertanggungjawaban (divisi) dalam sebuah perusahaan yang terdesentralisasi (Sugiri, 2009). Negosiasi harga transfer sangat penting bagi manajer karena mempengaruhi laba para manajer unit bisnis maupun laba perusahaan sebagai satu kesatuan.
Harga transfer dalam arti luas adalah harga barang dan jasa yang ditransfer antar pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi tanpa memandang bentuk pusat pertanggungjawaban. Masalah penentuan harga transfer dijumpai dalam perusahaan yang organisasinya disusun menurut pusat-pusat laba, dan antar pusat laba yang dibentuk terjadi transfer barang atau jasa. Latar belakang timbulnya masalah harga transfer dapat dihubungkan dengan proses diferensiasi bisnis dan perlunya integrasi dalam organisasi yang telah melakukan diferensiasi bisnis.
Menurut Mulyadi dalam bukunya “Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa” adalah sebagai berikut: “Diferensiasi adalah proses pembagian pekerjaan menjadi tugas-tugas yang diperlukan untuk mencapai sasaran organisasi.” (2001 ; 376).
Diferensiasi dapat dilaksanakan sebagai pelaksanaan strategi diversifikasi. Diversifikasi merupakan proses pembentukan unit-unit organisasi untuk menghadapi berbagai lingkungan industri. Semakin berkembang usaha perusahaan, semakin kompleks lingkungan bisnis yang dihadapi oleh manajemen. Perkembangan usaha perusahaan seringkali didorong oleh perluasan pasar, baik perluasan dari sudut customer yang harus dilayani maupun perluasan daerah pemasaran yang harus dijangkau oleh perusahaan. Dengan perluasan pasar, perusahaan perlu mengembangkan berbagai sumber daya. Strategi diversifikasi umumnya ditempuh manajemen puncak untuk menghadapi perkembangan tersebut. Mengapa diversifikasi dilakukan oleh manajemen? Tentunya ada alasannya, seperti yang di kemukakan menurut Mulyadi dalam bukunya “Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa” adalah sebagai berikut: “Alasan dilakukannya strategi diversifikasi adalah pertama keputusan dilakukan oleh manajer yang dekat dengan masalah yang dihadapi kedua diversifikasi dapat memotivasi manajer tingkat bawah untuk meningkatkan kinerjanya”. (2001 ; 376 – 377).
Diversifikasi biasanya ditempuh melalui proses divisionalisasi, yang merupakan pembentukan divisi-divisi yang diberi peran sebagai pusat laba. Semakin luas tingkat diversifikasi yang dilakukan oleh suatu perusahaan, semakin besar kebutuhan manajemen puncak akan alat untuk mengintegrasikan berbagai divisi yang telah dibentuk. Pada dasarnya divisi-divisi yang telah dibentuk dalam proses divisionalisasi bukan merupakan bagian dari perusahaan yang diberi wewenang besar untuk memperoleh laba dibawah pengelolaan manajemen puncak, maka agar divisi dibentuk tidak bercerai berai, manajemen puncak memerlukan mekanisme integrasi berbagai divisi yang telah dibentuk. Salahsatunya adalah dengan mekanisme harga transfer.
Menurut Mulyadi dalam bukunya “Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa” harga transfer memiliki peran ganda, diantaranya adalah sebagai berikut:
“Harga transfer mempunyai peran ganda :
1.      Harga transfer mempertegas diversifikasi yang dilakukan oleh manajemen puncak. Harga transfer menetapkan dengan tegas hak masing-masing manajer divisi untuk mendapatkan laba. Dalam penentuan harga transfer, masing-masing divisi yang terlibat merundingkan berbagai unsur yang membentuk harga transfer, karena akan berdampak terhadap laba yang dipakai sebagai pengukur kinerja mereka
2.      Harga transfer berperan sebagai salahsatu alat untuk menciptakan mekanisme integrasi. Harga transfer mendekatkan dua atau lebih divisi yang semula melakukan bisnis secara independent”. (2001 ; 377)
Laba atau keuntungan merupakan salah satu tujuan utama perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya. Pihak manajemen selalu merencanakan besar perolehan laaba setiap priode, yang ditentukan melalui target ang harus dicapai. Penentuan target besarna laba ini penting guna mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan.
B.     Analisis Laba
Analisis keuntungan kotor adalah selisih hasil penjualan terhadap harga pokok barang yang dijual. Sebagaimana yang telah diketahui sebelumnya bahwa hasil penjualan merupakan hasil perkalian antara volume terhadap harga satuan barang yang dijual. Sedangkan harga pokok barang yang dijual adalah perkalian antara volume barang yang dijual terhadap harga pokoknya (bahan baku, buruh dan biaya overhead pabrik). Untuk menganalisis penyebab bertambah atau berkurangnya keuntungan kotor adalah sama dengan analisa selisih dalam biaya standar disamping data-data historis mengenai harga dan biaya tahun-tahun sebelumnya.
Analisa laba kotor merupakan selisih hasil penjualan terhadap harga pokok barang yang dijual. Berikut ini data-data mengenai hasil penjualan dan harga pokok penjualan yang ditetapkan melalui metode perusahaan seperti termuat dalam tabel di bawah ini
Perhitungan Laba Kotor Nata de Coco Koktail.

Uraian
HASIL PENJUALAN
HARGA POKOK PENJUALAN
Kuantitas (Unit)
Harga Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
HPP Per Unit (Rp)
Jumlah (Rp)
Standar (Periode Lalu)
4.169
800
3.335.200
551
2.297.119
Laba Kotor




1.038.081
Aktual (Periode Berjalan)
5.680
800
4.544.000
545
3.095.600
Laba Kotor




1.448.400

 Kalkulasi laba kotor dari tabel penjualan dan harga pokok penjualan standar (periode lalu) diatas adalah Rp 1.038.081,- dan pada tabel penjualan dan harga pokok penjualan aktual (Periode berjalan) adalah Rp 1.448.400,- yang berarti laba kotor aktual mengalami kenaikan sebesar Rp 410.319,- dibandingkan periode lalu.
 Analisa angka-angka pada perhitungan penjualan dan harga pokok penjualan aktual (periode berjalan) bila dibandingkan dengan data-data harga penjualan dan harga pokok penjualan yang telah dianggarkan (periode lalu), maka akan diperoleh dua penyebab utama perbedaan atau kenaikan tersebut yakni harga jual dan kuantitas produk yang dijual serta harga pokok penjualan dan volume produk yang dijual. Analisis perbedaan dimaksud dibagi dalam tiga tahap yaitu kalkulasi selisih disebabkan harga jual, dan kuantitas penjualan, kalkulasi selisih disebabkan harga pokok penjualan dan kuantitas biaya, serta selisih disebabkan penjualan campuran dan kuantitas penjualan terakhir.





Kalkulasi Selisih Harga Jual – Kuantitas Penjualan Nata de Coco
Uraian
Kuantitas (Unit)
Harga Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
Jumlah (Rp)
Realisasi Penjualan Aktual




Kuantitas Aktual x Harga Aktual
5.680
800
4.544.000

Kuantitas Aktual x Harga Standar
5.680
800
4.544.000

Selisih disebabkan Harga Jual



0
Penjualan Standar




Kuantitas Aktual x Harga Standar
5.680
800
4.544.000

Kuantitas Standar x Harga Standar
4.169
800
3.335.200

Selisih disebabkan Kuantitas- Penjualan



1.208.800

 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa hasil kalkulasi yang disebabkan adanya selisih harga jual adalah nol, hal ini mengindikasikan bahwa antara harga jual standar (periode lalu) dan harga jual aktual (periode berjalan) pada analisis tidak terdapat perbedaan, sehingga tidak terdapat keuntungan ataupun kerugian. Sedangkan hasil kalkulasi selisih yang disebabkan adanya perubahan kuantitas adalah Rp 1.208.800. Hal tersebut merupakan selisih yang menguntungkan. Hasil kalkulasi yang disebabkan harga pokok penjualan dan kuantitas biaya dapat dilihat pada tabel seperti berikut. 

Kalkulasi Selisih Harga Pokok Penjualan – Kuantitas biaya Nata de Coco Koktail
Uraian
Kuantitas (Unit)
HPP Per Unit (Rp)
Jumlah (Rp)
Jumlah (Rp)
Realisasi Penjualan Aktual




Kuantitas Aktual x Harga Aktual
5.680
545
3.095.600

Kuantitas Aktual x Harga Standar
5.680
551
3.129.680

Selisih disebabkan Harga Jual



(34.080)
Penjualan Standar




Kuantitas Aktual x Harga Standar
5.680
551
3.129.680

Kuantitas Standar x Harga Standar
4.169
551
2.297.119

Selisih disebabkan Kuantitas- Penjualan



832.561

 Hasil kalkulasi selisih harga pokok penjualan dan kapasitas biaya menghasilkan selisih yang disebabkan adanya perbedaan antara harga pokok penjualan aktual (periode berjalan) dan harga pokok penjualan (Periode lalu) yang menghasilkan selisih Rp 34.080, hal ini merupakan surplus atau keuntungan yang diterima perusahaan dengan metode perhitungan harga pokoknya, karena harga pokok penjualan aktual (periode berjalan) menjadi lebih kecil dari harga pokok penjualan standarnya (Periode lalu), sehingga semakin besar keuntungan yang diterima perusahaan karena selisih antara harga pokok penjualan dan harga jual aktual (periode berjalan) lebih besar dari selisih harga pokok penjualan dan harga jual standar (periode berjalan). Hasil selisih gabungan kemudian memperlihatkan jumlah keuntungan ataupun kerugian yang ditimbulkan adanya penjualan campuran dan kapasitas penjualan terakhir dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Kalkulasi Selisih Penjualan Campuran dan Kuantitas Penjualan Terakhir Nata de Coco Koktail
Uraian
Jumlah (Rp)
Jumlah (Rp)
Selisih disebabkan Harga Jual

0
Selisih Bersih disebabkan Kuantitas:



Selisih disebabkan Kuantitas Penjualan
1.208.800


Selisih disebabkan Kuantitas Biaya
832.561


Nilai Selisih

376.239
Selisih disebabkan Harga Pokok Penjualan

34.080
Pertambahan Bersih dalam Laba Kotor

410.319

 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa laba kotor yang dihasilkan akibat adanya selisih harga adalah nol, atau tidak terdapat adanya keuntungan, Hal ini disebabkan karena selama periode analisis tidak terjadi perubahan harga dari harga yang ditetapkan sebelumnya, Harga jual nata de coco koktail merupakan harga yang diterima perusahaan adalah mengikuti harga pasar, sehingga perusahaan bertindak sebagai price taker atau penerima harga.
 Hasil selisih bersih yang disebabkan adanya kenaikan jumlah kuantitas aktual dari jumlah kuantitas produksi dari yang telah ditetapkan sebelumnya adalah Rp 376.239,- hal tersebut merupakan keuntungan atau surplus yang diterima perusahaan. Selisih yang disebabkan harga pokok adalah Rp 34.080. Hal ini merupakan keuntungan yang diterima perusahaan karena adanya penurunan harga pokok penjualan per unit dari harga pokok penjualan per unit standar (periode lalu), sehingga keuntungan yang diterima perusahaan dari selisih harga jual dan harga pokok penjualan aktual adalah lebih besar jika dibandingkan selisih harga jual dan harga pokok penjualan per unit standar (periode lalu).






















BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Harga transfer merupakan mekanisme pendistribusian pendapatan perusahaan dan bukan semata-mata merupakan teknis akuntansi. Lebih-lebih ia merupakan alat perilaku yang memotivasi para manajer untuk membuat keputusan yang benar dan tepat. Analisis keuntungan kotor adalah selisih hasil penjualan terhadap harga pokok barang yang dijual. Sebagaimana yang telah diketahui sebelumnya bahwa hasil penjualan merupakan hasil perkalian antara volume terhadap harga satuan barang yang dijual. Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa laba kotor yang dihasilkan akibat adanya selisih harga adalah nol, atau tidak terdapat adanya keuntungan, Hal ini disebabkan karena selama periode analisis tidak terjadi perubahan harga dari harga yang ditetapkan sebelumnya, Harga jual nata de coco koktail merupakan harga yang diterima perusahaan adalah mengikuti harga pasar, sehingga perusahaan bertindak sebagai price taker atau penerima harga.
B.     Saran
Jika Perusahaan ingin lebih untung lagi maka selisih harga jual dan harga pokok penjualan aktual harus lebih besar jika dibandingkan selisih harga jual dan harga pokok penjualan per unit standar












DAFTAR PUSTAKA

No comments:

Post a Comment