BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pemikiran
organisasi dewasa ini beroritasi ke arah desentralisasi. Salah satu tantangan
utamanya didalam mengoprasikan sistem desentralisasi adalah menyediakan dan
mempersiapkan metode akuntansi yang memuaskan untuk mentransfer barang dan jasa
dari satu kepusat laba yang lain yang
terdapat didalam perusahaan yang memiliki jumlah transaksi yang cukup signifikan
(berarti). Didalam bab ini berbagai pendekatan yang dikenal akan dibahas
termasuk yang berkaitan dengan sistem negosiasi dari arbitrasi yang merupakan
esensi dari sistem harga tranfer.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan Harga Tranfer.?
2. Apa
yang dimaksud dengan Analisis Laba.?
C.
Tujaun
Masalah
1. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud Harga Transfer.
2. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud Analisis Laba.
D.
Mafaat
Penelitian
Penelitian
ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1.
Manfaat Teoritis Dapat
memberikan sumbangan mengenai ilmu pengetahuan tentang Harga Transfer dan
Analisis Laba.
2.
Bagi peneliti Dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sistem akuntansi Harga Tranfer dan Analisis
Laba.
3.
Bagi Universitas Dapat
digunakan dalam kajian ilmiah bagi mahasiswa dan sebagai bahan bacaan
(maksudnya bahan penelitian dan bahan referensi) di perpustakaan Universitas
Islam Malang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tujuan
Harga Transfer
Harga
transfer merupakan mekanisme pendistribusian pendapatan perusahaan dan bukan
semata-mata merupakan teknis akuntansi. Lebih-lebih ia merupakan alat perilaku
yang memotivasi para manajer untuk membuat keputusan yang benar dan tepat.
Secara khusus, harga transfer sebaiknya dirancang sehingga mencapai tujuan
sebagai berikut:
1. Harga
transfer sebaiknya menyediakan segmen dengan informasi relevan yang diperlukan
guna menetapkan pertukaran optimal antara biaya dan pendapatan perusahaan.
2. Harga
transfer sebaiknya menciptakan keputusan yang sesuai sehingga sistem tersebut
dirancang sesuai dengan keputusan yang akan memperbaiki kinerja unit bisnis
yang akan memperbaiki keuntungan perusahaan secara keseluruhan.
3. Harga
transfer sebaiknya membantu mengukur kinerja ekonomi dari setiap pusat laba
individual.
4. Sistem
harga transfer sebaiknya diciptakan sesederhana mungkin dan mudah dimengerti
serta mudah dilaksanakan.
B.
Prinsip
Dasar Harga Transfer
Prinsip utama harga transfer adalah
sama dengan penerapan harga produk ketika suatu produk tersebut dijual kepada
pihak di luar perusahaan (pembeli diluar perusahaan) atau ketika produk
tersebut dibeli dari pihak di luar perusahaan dimana didalam harga transfer
tersebut telah mengandung tambahan jumlah diatas biaya produksinya.
C. Harga Transfer Dalam
Situasi Ideal
Harga transfer akan menciptakan
keseimbangan ideal jika semua kondisi yang terdapat dibawah ini terpenuhi
sepenuhnya, akan tetapi dalam dunia praktek, hal ini jarang sekali dapat
dijumpai. Meskipun tidak seluruhnya dapat dipenuhi akan tetapi tidak berarti sistem
harga transfer tidak dapat diterapkan ia tetap dapat diterapkan hanya tidak
dalam predikat ideal. Barangkali dalam segala hal kondisi ideal ini sangat
sulit untuk dijumpai karena kondisi ideal hanya tercipta dengan prasyarat yang
sempurna padahal didunia ini tidak ada sesuatu yang sempurna. Adapun beberapa
syarat yang harus dipenuhi didalam menerapkan sistem harga transfer ini adalah
sebagai berikut:
1.
Orang
yang berkompeten
Idealnya,
para manajer dalam jangka panjang berkepentingan terhadap berbagai pusat
pertanggungjawaban.
2. Susasana
yang baik
Para
manajer harus memandang profitabilitas sebagai sesuatu yang terukur sebagaimana
yang dicantumkan didalam laporan laba rugi dan dipandang sebagai tujuan yang
sangat penting didalam mempertimbangkan kinerja mereka. Mereka harus menerima
bahwa sistem harga transfer sangat baik bagi mereka semua.
3. Tersedianya
harga pasar
Harga
transfer yang ideal harus didasarkan atas harga pasar yang normal untuk predik
yang sama atau identik (hampir sama). Umumnya harga transfer yang dipakai
didalam perusahaan akan lebih rendah dari harga pasar sebab harga transfer yang
ditetapkan didalam perusahaan tidak dibebani beban promosi dan beban operasi
penjualan lainnya.
4. Kebebasan
Memilih
Harga
transfer harus mempunyai banyak pilihan dan para manager seharusnya
diperkenankan memilih alternatif harga yang tersedia sesuai dengan kepentingan
yang terbaik. Manajer pembelian diberi kebebasan penuh untuk membeli diluar
dari luar perusahaan atau tidak. Manajer penjualan juga diberi kebebasan untuk
menjual ke luar perusahaan atau ke dalam perusahaan.
5. Arus
Informasi yang penuh
Para
manajer pusat pertanggungjawaban harus mengetahui tentang berbagai alternatif
yang tersedia dan mengetahui pula biaya relevan dan penghasilan dari
masing-masing produk yang ada.
6. Negosiasi
Didalam
perusahaan harus terdapat mekanisme negosiasi yang baik, sehat, lancar,
terbuka, fair, jujur dan tidak memihak sehingga kinerja organisasi secara
keseluruhan dapat dipertahankan dan dikembangkan.
D.
KENDALA
PENERAPAN HARGA TRANSFER
Idealnya, manajer pembelian yang
diberi kebebasan untuk membuat keputusan membeli dari internal atau eksternal
harus merupakan pusat laba dan mempunyai jiwa berwiraswasta dan hal ini juga
berlaku bagi manajer penjualan. Meskipum demikian, dalam dunia nyata (dunia
praktek) kebebasan demikian tidak mudah tersedia sepenuhnya karena banyak
sekali hambatan yang dihadapi yang diciptakan oleh kebijakan perusahaan. Dalam
keadaan demikian maka harga transfer tidak dapat diterapkan. Seringkali
perusahaan mengharuskan memakai produk internal meskipun di luar perusahaan
harganya cukup murah.
E. PENETAPAN HARGA
TRANSFER UNTUK MENGUKUR KINERJA MANAJEMEN
Suatu harga dapat menjadi harga
transfer manakala didasarkan atas suatu harga yang ada dalam pasar independen
dan biaya memproduksi setiap bagian atau devisi biasanya ditetapkan secara
layak dan wajar.
Harga transfer adalah harga yang
tidak akan dibayar oleh divisi menurut harga pasar akan berada dalam posisi
alokasi pendapatan antar divisi yang ada dan biasanya diselesaikan melalui
persetujuan antar mereka. Tugas manajemen adalah mengembangkan sistem penetapan
harga pokok transfer yang 1) memberikan
ukuran kinerja yang menggambarkan penggunaan sumber ekonomi divisi 2)
memberikan alokasi sumber ekonomi perusahaan secara optimal.
Harga transfer yang terbaik untuk
mengukur kinerja manajemen adalah harga transfer yang dapat menggambarkan harga
secara terbuka dan bebas.
F.
HARGA
TRANSFER UNTUK KEPUTUSAN
Harga transfer yang paling ideal untuk
pengambilan keputusan manajemen adalah harga yang akan digunakan oleh
perusahaan dan tidak ditetapkan secara bebas oleh setiap divisi. Jika setiap
devisi diberi kebebasan tidak menutup kemungkinan ia lebih menekankan untuk
memperoleh perhitungan laba yang sangat menguntungkan divisinya sendiri. Harga
yang ditetapkan oleh perusahaan akan menekankan kepada keberadaan perusahaan
secara keseluruhan dari pada kepada dicisi secara individu.
G.
HARGA
TRANSFER UNTUK PELAPORAN EKSTERNAL
Menurut prinsip akuntansi yang diterima
umum, aktiva harus dilaporkan berdasarkan biayanya dan penghasilan tidak boleh
diakui sampai terselesainya penjualan dengan pihak diluar perusahaan. Harga
transfer yang cocok untuk pemakaian eksternal adalah biaya sesungguhnya
(aktual) yang didasarkan atas penetapan harga pokok absorpsi penuh. Dengan cara
ini, persediaan ditetapkan atas biaya penuh yang perlu dibawa kepada barang
yang kondisinya siap untuk dijual kembali.
H.
KASUS
PENETAPAN HARGA TRANSFER
Untuk mengilustrasikan persoalan harga
tranfer marilah kita asumsikan bahwa perusahaan XYZ memproduksi bahan-bahan
kimia industri. Ada 3 (tiga) divisi yang akan dievaluasi atas dasar laba dan
tingkat kembali investasinya. Divisi R menyuking (extract) bahan dari binatang.
Produk yang dihasilkan divisi R dijual kepada divisi E dan juga dijual kepada
langganan diluar perusahaan dengan harga Rp.100.000,- per barel. Divisi R telah
bekerja dengan tingkat kapasitas 80% dan mempunyai rasio batas kontribusi
produknya dijual kepada divisi X. Produk E memerlukan biaya variabel sebesar
Rp.110.000,- disamping biaya yang diproleh dari divisi E. Divisi E telah
beropesi dengan tingkat kapasitas 60% dan mempunyai resiko batas kontribusi
sebesar 30%. Divisi X memadukan satu unit produk E dengan bahan-bahan yang lain
dalam proses sehingga membebankan biaya variabel sebesar Rp.100.000,-, dan hasilnya adalah
pembersih industri. Harga produk X yang dijual kepada pihak luar perusahaan
adalah sebesar Rp.500.000,- per unit. Setiap divisi membeli dan menjual kepada
pihak eksternal disampung kepada pihak internal. Divisi X melakukan tawar
menawar dengan divisi E dan juga dua perusahaan yang ada diluar yang juga
memuat produk E dan juga dua perusahaan yang ada diluar yang juga memuat produk
E. Tawar menawar tersebut adalah Rp.300.000,- per unit dari divisi E,
Rp.250.000,- per unit dari perusahaan logam
Mulia dan Rp.270.000,- dari perusahaan Abadi
Jaya. Abadi Jaya akan membeli bahan dari divisi R dengan harga Rp.80.000,-
dengan memberikan rasio batas kontribusi yang normal. Manajer divisi E menolak
membandingkan dengan harga yang bersaing dengan diluar dan telah meminta
menajemen puncak perusahaan agar manajer divisi X membeli produk E darinya
dengan harga penawaran sebesar Rp.300.000,-.
I.
UKURAN
KINERJA BERGANDA
Diseluruh bahasan diatas kita telah
menekankan pada data keuangan kuantitatif untuk mempertimbangkan efektifitas
pengambilan keputusan manajemen. Ukuran keuangan seperti tingkat kembali
investasi (ROI) adalah berguna dan sah akan tetapi tidaklah berarti ia
merupakan ukuran yang cocok.
Oleh karena itu, akhir-akhir ini banyak
sekali perusahaan yang lebih menyukai ukuran kinerja ganda baik yang finansial
maupun yang non finansial. Pada dasarnya yang menjadi sasaran atau tujuan
perusahaan sekarang ini adalah :
1. Profitabilitas
2. Posisi
dipasar dan penguasaan pangsa pasar
3. Produktifitas
4. Kepemimpinan
produk
5. Kepemimpinan
perusahaan di pasar modal
6. Pengembangan
sumber daya manusia
7. Pengembangan
lingkungan hidup
8. Pembentukan
perilaku dan sikap tenaga kerja
9. Tanggung
jawab perusahaan terhadap publik
10. Keseimbangan
antara tujuan jangka pendek dan jangka panjang
11. Pengembangan
program sosial dan kemasyarakatan
12. Pengembangan
dan riset menemukan produk unggulan
13. Membantu
peningkatan kualitas organisasi sosial dan organisasi keagamaan
14. Membantu
mengembangkan organisasi olahraga
15. Membantu
mengembangkan organisasi pendidikan
Terhadap 15 (lima belas) tujuan
perusahaan tersebut diatas dapat dilakukan tiga analisis atau observasi, yang pertama, mengukur penaksiran kinerja
baik finansial maupun non finansial. Profitabilitas dan produktifitas dapat
bersifat finansial maupun non finansial. Ukuran pengembangan sumber daya
manusia, pembentukan perilaku dan sikap tenaga kerja serta tanggung jawab
perusahaan terhadap publik bersifat nonfinansial dan sangat subyektif. Kedua agak bersifat kontradiksi, yaitu
peningkatan profitabilitas melalui peningkatan produktifitas pegawai dapat
menurunkan moral pegawai. Mempertahankan kepemimpinan produk akan menimbulkan
biaya riset dan pengembangan yang selanjutnya akan memperkecil profitabilitas
jangka pendek. Manajer seharusnya tidak hanya menekankan pada suatu tujuan saja
akan tetapi mencari keseimbangan diantara berbagai tujuan yang ada. Ketiga, tujuan ganda akan meningkatkan
tekanan terhadap manajer. Upaya untuk mencapai berbagai tujuan secara bersamaan
akan membuat manajer kewalahan, frustasi, apatis dan kebingungan.
J.
METODE
PENETAPAN HARGA TRANSFER
Metode harga transfer yang
digunakan harus sesuai dengan operasi perusahaan. Untuk memperoleh harga
transfer ada 5 metode umumnya dipakai yaitu, 1) biaya 2) biaya tambah 3) harga
pasar 4) harga negoisasi dan 5) harga rangkap (harga berpasangan).
Biaya. Menurut
teori penetapan harga transfer antar devisi, sebagian besar perusahaan
menggunakan metode biaya atau metode biaya tambah didalam menetapkan harga
transfernya. Biaya yang dipakai didasarkan atas aktual, anggaran, standar,
variabel atau estimasi biaya lainnya yang dapat diterima.
Biaya tambahan.
Di dalam harga transfer biaya tambahan akan ada beda, biasanya berkisar antara
20% sampai dengan 40% dari biaya yang kemudian ditambahkan kepada harga pokok
suatu produk.
Banyak
sekali perusahaan didalam menetapkan harga transfer menggunakan metode biaya
tambahan yang akan mendekati harga pasar. Dasar biaya yang digunakan di dalam
menetapkan harga transfer akan
bervariasi diantara berbagai macam perusahaan. Akan tetapi ada juga
perusahaan yang menggunakan harga transfer atas dasar variabel biaya. Bahkan
kadangkala biaya tetap dan biaya kapasitas yang menganggur dapat juga
dimasukkan.
Harga pasar. Bilamana
harga pasar bersaing dapat ditetapkan terhadap keluaran (output) devisi,
sebagaimana harga tersebut dibebankan kepada masyarakat luas, harga pasar
umumnya sangat memuaskan untuk dijadikan patokan harga transfer. Sangat
diharapkan bahwa harga pasar dibentuk berdasarkan proses tawar menawar dan
melakukan transaksi kedua belah pihak yang didasarkan jumlah kuantitas yang
mewakili.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
Dalam
penulisan ini, metode yang digunakan adalah metode deskritptif kualitatif
kemudian dilakukan pencarian data-data untuk mendukung penulisan ini. Dalam
proses pencarian data ini, data yang digunakan harus relevan dan harus
berkaitan dengan apa yang menjadi pokok pembahasan. Metode yang dimaksud
seperti:
1. Wawancara
Pada tahap ini dilakukan observasi atau survey system melalui
teknik wawancara. Menurut Hall
(2007) wawancara merupakan sebuah
metode untuk mendapatkan fakta tentang sistem yang ada saat ini dan persepsi
pengguna tentang hal – hal yang dibutuhkan oleh system baru. Wawancara dilakukan dengan pihak manajemen.
2. Peninjauan
Data Lain.
Tahap ini penulis
menggunakan media lain seperti browsing dan literature buku untuk memperkuat
pemahaman tentang Harga Transfer dan Analisis Laba.
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Harga Transfer dan Analisis Laba
Harga
transfer (transfer pricing) merupakan harga produk atau jasa yang
ditransfer secara internal oleh pusat-pusat pertanggungjawaban (divisi) dalam
sebuah perusahaan yang terdesentralisasi (Sugiri, 2009). Negosiasi harga
transfer sangat penting bagi manajer karena mempengaruhi laba para manajer unit
bisnis maupun laba perusahaan sebagai satu kesatuan.
Harga transfer dalam arti luas adalah harga barang dan jasa
yang ditransfer antar pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi tanpa
memandang bentuk pusat pertanggungjawaban.
Masalah penentuan harga transfer dijumpai dalam perusahaan yang organisasinya
disusun menurut pusat-pusat laba, dan antar pusat laba yang dibentuk terjadi
transfer barang atau jasa. Latar belakang timbulnya masalah harga transfer
dapat dihubungkan dengan proses diferensiasi bisnis dan perlunya integrasi
dalam organisasi yang telah melakukan diferensiasi bisnis.
Menurut
Mulyadi dalam bukunya “Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa”
adalah sebagai berikut: “Diferensiasi adalah proses pembagian pekerjaan menjadi
tugas-tugas yang diperlukan untuk mencapai sasaran organisasi.” (2001 ; 376).
Diferensiasi
dapat dilaksanakan sebagai pelaksanaan strategi diversifikasi. Diversifikasi
merupakan proses pembentukan unit-unit organisasi untuk menghadapi berbagai
lingkungan industri. Semakin berkembang usaha perusahaan, semakin kompleks
lingkungan bisnis yang dihadapi oleh manajemen. Perkembangan usaha perusahaan
seringkali didorong oleh perluasan pasar, baik perluasan dari sudut customer
yang harus dilayani maupun perluasan daerah pemasaran yang harus dijangkau oleh
perusahaan. Dengan perluasan pasar, perusahaan perlu mengembangkan berbagai sumber
daya. Strategi diversifikasi umumnya ditempuh manajemen puncak untuk menghadapi
perkembangan tersebut. Mengapa diversifikasi dilakukan oleh manajemen? Tentunya
ada alasannya, seperti yang di kemukakan menurut Mulyadi dalam bukunya “Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan
Rekayasa” adalah sebagai berikut: “Alasan dilakukannya strategi diversifikasi
adalah pertama keputusan dilakukan oleh manajer yang dekat dengan masalah yang
dihadapi kedua diversifikasi dapat memotivasi manajer tingkat bawah untuk meningkatkan
kinerjanya”. (2001 ; 376 – 377).
Diversifikasi
biasanya ditempuh melalui proses divisionalisasi, yang merupakan pembentukan
divisi-divisi yang diberi peran sebagai pusat laba. Semakin luas tingkat
diversifikasi yang dilakukan oleh suatu perusahaan, semakin besar kebutuhan
manajemen puncak akan alat untuk mengintegrasikan berbagai divisi yang telah
dibentuk. Pada dasarnya divisi-divisi yang telah dibentuk dalam proses
divisionalisasi bukan merupakan bagian dari perusahaan yang diberi wewenang besar
untuk memperoleh laba dibawah pengelolaan manajemen puncak, maka agar divisi
dibentuk tidak bercerai berai, manajemen puncak memerlukan mekanisme integrasi
berbagai divisi yang telah dibentuk. Salahsatunya adalah dengan mekanisme harga
transfer.
Menurut
Mulyadi dalam bukunya “Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa” harga
transfer memiliki peran ganda, diantaranya adalah sebagai berikut:
“Harga
transfer mempunyai peran ganda :
1. Harga
transfer mempertegas diversifikasi yang dilakukan oleh manajemen puncak. Harga
transfer menetapkan dengan tegas hak masing-masing manajer divisi untuk
mendapatkan laba. Dalam penentuan harga transfer, masing-masing divisi yang
terlibat merundingkan berbagai unsur yang membentuk harga transfer, karena akan
berdampak terhadap laba yang dipakai sebagai pengukur kinerja mereka
2. Harga
transfer berperan sebagai salahsatu alat untuk menciptakan mekanisme integrasi.
Harga transfer mendekatkan dua atau lebih divisi yang semula melakukan bisnis
secara independent”. (2001 ; 377)
Laba atau keuntungan merupakan salah
satu tujuan utama perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya. Pihak manajemen
selalu merencanakan besar perolehan laaba setiap priode, yang ditentukan
melalui target ang harus dicapai. Penentuan target besarna laba ini penting
guna mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan.
B.
Analisis
Laba
Analisis keuntungan kotor adalah
selisih hasil penjualan terhadap harga pokok barang yang dijual. Sebagaimana
yang telah diketahui sebelumnya bahwa hasil penjualan merupakan hasil perkalian
antara volume terhadap harga satuan barang yang dijual. Sedangkan harga pokok
barang yang dijual adalah perkalian antara volume barang yang dijual terhadap
harga pokoknya (bahan baku, buruh dan biaya overhead pabrik). Untuk
menganalisis penyebab bertambah atau berkurangnya keuntungan kotor adalah sama
dengan analisa selisih dalam biaya standar disamping data-data historis
mengenai harga dan biaya tahun-tahun sebelumnya.
Analisa laba kotor merupakan selisih
hasil penjualan terhadap harga pokok barang yang dijual. Berikut ini data-data
mengenai hasil penjualan dan harga pokok penjualan yang ditetapkan melalui
metode perusahaan seperti termuat dalam tabel di bawah ini
Perhitungan Laba Kotor Nata de Coco Koktail.
Uraian
|
HASIL PENJUALAN
|
HARGA POKOK PENJUALAN
|
|||
Kuantitas (Unit)
|
Harga Satuan (Rp)
|
Jumlah (Rp)
|
HPP Per Unit (Rp)
|
Jumlah (Rp)
|
|
Standar
(Periode Lalu)
|
4.169
|
800
|
3.335.200
|
551
|
2.297.119
|
Laba Kotor
|
1.038.081
|
||||
Aktual
(Periode Berjalan)
|
5.680
|
800
|
4.544.000
|
545
|
3.095.600
|
Laba Kotor
|
1.448.400
|
Kalkulasi laba kotor dari tabel penjualan dan harga
pokok penjualan standar (periode lalu) diatas adalah Rp 1.038.081,- dan pada
tabel penjualan dan harga pokok penjualan aktual (Periode berjalan) adalah Rp
1.448.400,- yang berarti laba kotor aktual mengalami kenaikan sebesar Rp
410.319,- dibandingkan periode lalu.
Analisa angka-angka pada perhitungan penjualan dan
harga pokok penjualan aktual (periode berjalan) bila dibandingkan dengan
data-data harga penjualan dan harga pokok penjualan yang telah dianggarkan
(periode lalu), maka akan diperoleh dua penyebab utama perbedaan atau kenaikan
tersebut yakni harga jual dan kuantitas produk yang dijual serta harga pokok
penjualan dan volume produk yang dijual. Analisis perbedaan dimaksud dibagi
dalam tiga tahap yaitu kalkulasi selisih disebabkan harga jual, dan kuantitas
penjualan, kalkulasi selisih disebabkan harga pokok penjualan dan kuantitas
biaya, serta selisih disebabkan penjualan campuran dan kuantitas penjualan
terakhir.
Kalkulasi Selisih Harga Jual – Kuantitas Penjualan
Nata de Coco
Uraian
|
Kuantitas (Unit)
|
Harga Satuan (Rp)
|
Jumlah (Rp)
|
Jumlah (Rp)
|
Realisasi Penjualan Aktual
|
||||
Kuantitas
Aktual x Harga Aktual
|
5.680
|
800
|
4.544.000
|
|
Kuantitas
Aktual x Harga Standar
|
5.680
|
800
|
4.544.000
|
|
Selisih disebabkan Harga Jual
|
0
|
|||
Penjualan Standar
|
||||
Kuantitas
Aktual x Harga Standar
|
5.680
|
800
|
4.544.000
|
|
Kuantitas
Standar x Harga Standar
|
4.169
|
800
|
3.335.200
|
|
Selisih disebabkan Kuantitas- Penjualan
|
1.208.800
|
Berdasarkan tabel di atas diketahui
bahwa hasil kalkulasi yang disebabkan adanya selisih harga jual adalah nol, hal
ini mengindikasikan bahwa antara harga jual standar (periode lalu) dan harga
jual aktual (periode berjalan) pada analisis tidak terdapat perbedaan, sehingga
tidak terdapat keuntungan ataupun kerugian. Sedangkan hasil kalkulasi selisih
yang disebabkan adanya perubahan kuantitas adalah Rp 1.208.800. Hal tersebut
merupakan selisih yang menguntungkan. Hasil kalkulasi yang disebabkan harga
pokok penjualan dan kuantitas biaya dapat dilihat pada tabel seperti
berikut.
Kalkulasi Selisih Harga Pokok Penjualan – Kuantitas
biaya Nata de Coco Koktail
Uraian
|
Kuantitas (Unit)
|
HPP Per Unit (Rp)
|
Jumlah (Rp)
|
Jumlah (Rp)
|
Realisasi Penjualan Aktual
|
||||
Kuantitas
Aktual x Harga Aktual
|
5.680
|
545
|
3.095.600
|
|
Kuantitas
Aktual x Harga Standar
|
5.680
|
551
|
3.129.680
|
|
Selisih disebabkan Harga Jual
|
(34.080)
|
|||
Penjualan Standar
|
||||
Kuantitas
Aktual x Harga Standar
|
5.680
|
551
|
3.129.680
|
|
Kuantitas
Standar x Harga Standar
|
4.169
|
551
|
2.297.119
|
|
Selisih disebabkan Kuantitas- Penjualan
|
832.561
|
Hasil kalkulasi selisih harga
pokok penjualan dan kapasitas biaya menghasilkan selisih yang disebabkan adanya
perbedaan antara harga pokok penjualan aktual (periode berjalan) dan harga
pokok penjualan (Periode lalu) yang menghasilkan selisih Rp 34.080, hal ini
merupakan surplus atau keuntungan yang diterima perusahaan
dengan metode perhitungan harga pokoknya, karena harga pokok penjualan aktual
(periode berjalan) menjadi lebih kecil dari harga pokok penjualan standarnya
(Periode lalu), sehingga semakin besar keuntungan yang diterima perusahaan
karena selisih antara harga pokok penjualan dan harga jual aktual (periode
berjalan) lebih besar dari selisih harga pokok penjualan dan harga jual standar
(periode berjalan). Hasil selisih gabungan kemudian memperlihatkan jumlah
keuntungan ataupun kerugian yang ditimbulkan adanya penjualan campuran dan
kapasitas penjualan terakhir dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Kalkulasi Selisih Penjualan Campuran dan Kuantitas Penjualan Terakhir Nata de Coco Koktail
Uraian
|
Jumlah (Rp)
|
Jumlah (Rp)
|
|
Selisih disebabkan Harga Jual
|
0
|
||
Selisih Bersih disebabkan Kuantitas:
|
|||
Selisih disebabkan Kuantitas Penjualan
|
1.208.800
|
||
Selisih disebabkan Kuantitas Biaya
|
832.561
|
||
Nilai Selisih
|
376.239
|
||
Selisih disebabkan Harga Pokok Penjualan
|
34.080
|
||
Pertambahan Bersih dalam Laba Kotor
|
410.319
|
Berdasarkan tabel di atas
diketahui bahwa laba kotor yang dihasilkan akibat adanya selisih harga adalah
nol, atau tidak terdapat adanya keuntungan, Hal ini disebabkan karena selama
periode analisis tidak terjadi perubahan harga dari harga yang ditetapkan
sebelumnya, Harga jual nata de coco koktail merupakan harga yang diterima
perusahaan adalah mengikuti harga pasar, sehingga perusahaan bertindak
sebagai price taker atau penerima harga.
Hasil selisih bersih yang
disebabkan adanya kenaikan jumlah kuantitas aktual dari jumlah kuantitas
produksi dari yang telah ditetapkan sebelumnya adalah Rp 376.239,- hal tersebut
merupakan keuntungan atau surplus yang diterima perusahaan.
Selisih yang disebabkan harga pokok adalah Rp 34.080. Hal ini merupakan
keuntungan yang diterima perusahaan karena adanya penurunan harga pokok
penjualan per unit dari harga pokok penjualan per unit standar (periode lalu),
sehingga keuntungan yang diterima perusahaan dari selisih harga jual dan harga
pokok penjualan aktual adalah lebih besar jika dibandingkan selisih harga jual
dan harga pokok penjualan per unit standar (periode lalu).
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Harga
transfer merupakan mekanisme pendistribusian pendapatan perusahaan dan bukan
semata-mata merupakan teknis akuntansi. Lebih-lebih ia merupakan alat perilaku
yang memotivasi para manajer untuk membuat keputusan yang benar dan tepat. Analisis
keuntungan kotor adalah selisih hasil penjualan terhadap harga pokok barang
yang dijual. Sebagaimana yang telah diketahui sebelumnya bahwa hasil penjualan
merupakan hasil perkalian antara volume terhadap harga satuan barang yang
dijual. Berdasarkan tabel di
atas diketahui bahwa laba kotor yang dihasilkan akibat adanya selisih harga
adalah nol, atau tidak terdapat adanya keuntungan, Hal ini disebabkan karena
selama periode analisis tidak terjadi perubahan harga dari harga yang
ditetapkan sebelumnya, Harga jual nata de coco koktail merupakan harga yang
diterima perusahaan adalah mengikuti harga pasar, sehingga perusahaan bertindak
sebagai price taker atau penerima harga.
B.
Saran
Jika Perusahaan ingin lebih untung
lagi maka selisih harga jual dan harga pokok penjualan aktual harus lebih besar jika dibandingkan
selisih harga jual dan harga pokok penjualan per unit standar
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment