MAKALAH
PERENCANAAN
SUMBER DAYA MANUSIA
Dosen:
Dra. Ratna Nikin Hardati
Disusun
Oleh:
Mariana
Rohmatussania (213092001)
Yosilia
Martha A (2130920019)
Poppy
Pratiwi (2130920021)
JURUSAN
ILMU ADMINISTRASI NIAGA
FAKULTAS
ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS
ISLAM MALANG
2016
KATA PENGANTAR
بِسْمِ١للهِ١لرّحْمنِ١لرَّحِيْمِ
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang maha pengasih lagi
maha penyayang. Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya Kami bisa menyusun dan
menyajikan Makalah PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA ini yang
berisi tentang “Inventarisasi dan Analisis Tenaga Kerja” sebagai tugas kuliah.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu hingga makalah ini selesai dibuat.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah PPSDM ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Oleh karna itu, penulis mengharapkan kritik serta saran yang
membangun guna menyempurnakan makalah ini dan dapat menjadi acuan dalam
menyusun makalah-makalah atau tugas-tugas selanjutnya.
Penulis juga memohon maaf apabila dalam penulisan makalah
ini terdapat kesalahan pengetikan dan kekeliruan sehingga dapat membingungkan
pembaca dalam memahami maksud penulis.
Malang, 09 Mei 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR
ISI........................................................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang.......................................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah..................................................................................................... 2
1.3Tujuan Masalah.......................................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Inventaris
Dasar....................................................................................................... 3
2.2 Perhitungan
Utama Jumlah Tenaga Kerja................................................................ 3
2.3 Persediaan
Data Penilaian Prestasi.......................................................................... 6
2.4 Sumber-sumber
Data............................................................................................... 7
2.5
Persediaan tentang Data Potensi Kemampuan Karyawan...................................... 10
2.6
Analisis Terhadap Kebutuhan Tenaga Kerja (Work Force Analysis)………….....10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................................. 14
3.2 Saran....................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Tenaga
kerja menyadiakan sarana untuk kebutuhan, sarana kebutuhan dapat datang dari
dua sumber, yakni internal dan eksernal. Sumber yang lebih disukai adalah
sumber internal, tetapi kita harus mengetahui secara detil tingkat dimana kit
dapat menentukan kebutuhan kita dari orang yang telah dipekerjakan. Jika
kebutuhan yang penuh tidak bisa dijumpai dari sumber internal, maka perekrutan
eksternal akan diperlukan. Jika kita mempunyai tenaga kerja dalam jumlah yang
melebihi kebutuhan, kemudian melebihi waktu untuk latihan kerja, maka
pemborosanlah yang akan tterjadi.
Untuk
melengkapi jumlah dari sumber daya tenaga kerja yang ada, kita memerlukan
hubungan dengan kebutuhan yang direncanakan, kita harus mengambil suatu inventori
secara hati-hati dari persediaan dan harus dipertimbangkan. Sesudah itu kita
harus meneliti perubahan yang berlangsung di dalam perusahaan, tingkat kemajuan
sampai struktur promosi, serta tingkat kerugian karyawan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Inventaris
Dasar
2. Perhitungan
Utama Jumlah Tenaga Kerja
3. Persediaan
Data Penilaian Prestasi
4. Sumber-sumber
Data
5. Persediaan
tentang data potensi kemampuan karyawan
6. Analisis
terhadap Kebutuhan Tenaga Kerja
1.3 TUJUAN
1. Untuk
mengethui apa itu inventaris dasar
2. Untuk
mengetahui bagaimaa perhitungan utama jumlah tenaga kerja
3. Untuk
mengetahui dari persediaan data penilaian prestasi
4. Unuk
mengetahui sumber-sumber data
5. Untuk
Mengetahui bagaimana persediaan data potensi kemampuan karyawan
6. Untuk
mengetahui analisis terhadap kebutuhan tenaga kerja
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Inventaris Dasar
Arsip
personnalia adalah suatu sumber informasu yang akan memberikan langkah pertama
dalam usaha melengkapi tenaga kerja. Hal itu melibatkan analisis yang
terperinci menyangkut pernsediaan karyawan, dan analisis tentang kebutuhan
kebutuhan tenaga kerja dimasa lalu yang mampu memberikan kontribusiuntuk
memproyeksikan evolusi dimasa depan dari persediaan.Jawaban
2.2
Perhitungan Utama Jumlah Tenaga Kerja
Yang
mula-mula kita temukan adalah bahwa pertanyaan mengenai jumlah tenaga kerja
dapat dijawab di dalam orgsnisasi yang berbeda. Jawaban yang jelas nyata
mungkin sepertinya adalah total jumlah orang pada daftar gaji, tetapi jika
karyawan bekerja secara part –time, maka
tidak perlu dilakukan perhitungan osecara akurat dalam rangka mendapatkan suatu
Full Time yang efektif (EFT) yang
benar.
Dalam
suatu proses [abrik dalam pekerjaan bergilir selama tujuh hari berturut-turut,
rata-rata pada dasarnya 56 jam per orang tiap minggu. Suatu perundingan yang
merubah menjadi 40 jam tiap minggu memerlukan peningkatan penting dalam tenaga
kerja untuk tidak merubah suatu volume pekerjaan. Jam lembur dapat dievaluasi
dengan cara yang serupa. Kontrol lembur yang baik adalah penting seperti
perhitungan jam lembur yang memberikan pembayaran premi sehingga karyawan akan
terpuaskan karena biaya tenaga kerja mereka yang lebih tinggi.
Untuk
mengetahui jumlah tensgs kerja yang ada, kita juga bisa melakukan analisis
lebih rinci melalui pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
·
Ketenagakerjaan – Berapa banyak orang dipekerjakan
sebagai pramuniaga, dan lain-lain. ?
·
Kecakapan – Berapa banyak karywan
mempunyai tingkat seni, dan lain-lain?
·
Pelatihan – Berapa banyak sudah
menghadiri kursus tertentu, dan lain-lain?
·
Distribusi Usia – Berapa banyak karyawan
dengan usia antara 55 dan 60?
Faktor-faktor
yang diperhatikan dalam melakukan inventarisasi tenaga kerja adlah:
1. Ketenagakerjaan
Pekerjaan yang dilakukan karyawan menuntut adanya
pelatihan, keterampilan dan pengalaman, sehingga individu menjadi lebih baik
untuk dalam suatu bidang yang sama dibandingkan jika melakukan bidang pekerjaan yang berbeda yang menuntut tingkat
ketrampilan yang berbeda pula. Adapun bidang-bidang pekerjaan meliputi:
keuangan, pemasaran, produksi, kesekretariatan, dan seterusnya. Selain
menyelidiki data jumlah enaga kerja pada masing-masing bidang dalam suatu organisasi,
juga harus dilakukan suatu tinjauan ulang terhadap anggaran yang dapat dibuat.
2. Kualifikasi
Beberapa kumpulan dari oranag-orang yang mempunyai
kemampuan dan keterampilan dapat kita analisis sebaai bgian dari inventori
tenaga kerja suatu organisasi. Data pada kualifikasi harus berkonsenterasi pada
lulusan saja, tetapi juga perlu meliputi prestasi akademis dari kemampuan
keseluruhan pekerja dan meliputi semua prestasi profesional dan bersertifikat
lainnya.
3. Pelatihan
Perusahaan menempatkan pelatihan sebagai suatu
kegiatan yang penting dan berarti, dan memerlukan suatu inventori dari
orang-orang yang sudah menyelesaikan pelatihan tersebut lebih awal untuk
memberikan bekal pelatihan kepada karyawan yang terhitung masih baru. Sebagai
contoh, dibeberapa perusahaan karyawan harus menyelesaikan suatu kursus
manajemen wal perusahaan sebelum mereka dapat ditetapkan untuk tempat
manajerial.
4. Pengalaman
Didalam suatu catatan tentang personil karyawan,
maupun sejarah kerier karyawan, akan menunjukkan jabatan serta tingkat
penggajian dan lain sebagainya akan menyediakan keterangan menyangkut
pengalaman dari suatu individu tertentu. Pengkodean suatu pengalaman karyawan
dapat sesekali waktu dikonsumsi, tetapi sebagian besar dapat ditutupi dengan
mudah oleh pengendoran fungsi utama dari sub fungsi yang dilakukan oleh
individu itu. Ini memungkinkan suatu daftar panjang calon yang di siapkan dan
catatan penuh yang mereka teliti. Keterangan lebih lanjut mengenai karyawan
dalam suatu perusahaan dapat ditunjukkan dengan data yang menunjukkan tingkat
dimana individumempunyai pengalaman dalam perusahaan lain.
5. Kemampuan
Analisis kemampuan yang dimaksut adalah yang
mengidentifikasi kemampuan yang diperlukan didalam manajemen yang sejalan
dengan misi perusahaan yang jelas. Ini diikuti dengan mempertemukan
keseimbangan kemampuan didalam kelompok para manajer, pemanfaatan kekuatan
individu dan meliindungi kelemahan individu, dan memimpin kearah peningkatan
efisien untuk kelompok.
6. Keahlian
dalam pengusaan Bahasa asing
Adanya globalisasi bisnis akan memberikan suatu
peningkatan permintaan Bahasa asing dan ini akan menjadi elemen penting dalam
berbagai inventori. Inventori dilakukan untuk mengidentifikasi tata Bahasa
dalam fungsi pemasaran dan penjualan sebagai kebutuhan utama. Bidan lain dimana
bahasan menjadi penting adalah riset dan pengembangan, terutaman sekali didalam
perusahaan multinasional. Beberapa perusahaan internasional akan merekrut
lulusan jika mereka lancer dalam Bahasa asing.
7. Distribusi
usia
Studi analisa ini boleh muncul kapan saja, membahas
tenang segala kategori karyawan dalam kelompok umur, adanya kesiapan
promosional karyawan, atau pengunduran diri dalam kurun waktu jangka pendek,
dan lain sebagainya. Semuanya menerangkan suatu interaksi antara pihak manajemen
dan karyawan pada saat berkelanjutan dan perencanaan rangkaian operasi yang
efektif. Suatu analisa distribusi uasia pada masing-masing tingkatan manajemen
memiliki berbagai kesulitan yang nyata yang dapat memberikan pikiran serius
sebelum mereka tumbuh ke dalam permasalahan. Pengelompokan pada usia terhadap
grafik gaji dapat menandai adanya permasalahan potensi yang mana memerlukan
penyelidikan lebih lanjut..
8. Kombinasi
Faktor
Kombinasi factor menunjukan permasalahan atau
kekutan di dalam tenaga kerja. Jika dilihat dalam hal usia pada bidang riset
dan pengembangan menyarankan pengalaman adalah kekuatan; tetapi adanya
penciptaan teknologi misalnya bisa dijadikan pembatasan dalam proporsi promosi
keryawan atau orang.
9. Analisis
Leavers
Merupakan analisis tentang siapa saja karyawan yang
bebas tugas. Analisis ini meliputi pola gaji dan usia orang-orang yang bebas
ugas. Kita dapat memperkirakan apakah perubahan kebijakan akan mempunyai
beberapa dampak pada mereka untk tetap tinggal di perusahaan itu.
2.3
Persediaan Data Penilaian Prestasi
Penilaian
bagi suatu perusahaan dapat digunakan sebagai suatu dasar untuk memberikan
suatu informasi dalam hal prestasi dan potensi karyawan sehingga perusahaan
akan lebih mudah dalam mempersiapkan data-data berkaitan dengan invertaris
tenaga kerjanya. Penilaian dikaitkan dengan seberapa baik karyawan
menyelesaikan pekerjaannya. Tujuan penilaian
haarus mengidentifikasi, bekerja sama dengan individu, serta bagaimana
meningkatkan prestasi kerjanya. Dalam proses ini, akan diperlukan latihan dan
pengembangan.
Tidak
semua kriteria pengukuran kinerja dipakai dalam suatu penilaian kinerja
karyawan, tentu hal ini harus disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang akan
dinilai. Bernadian dan Russel (1195), mengajukan enam kriteria primer yang
dapat digunakan untuk mengukur kinerja adalah:
1) Quality,
merupakan tingkat sejauh mana proses atau hasil pelaksanaan kegiatan mendekati
kesempurnaan atau mendekati tujuan yang diharapkan.
2) Quantity,
merupakan ajumlah yang dihasilkan, misaknya jumlah rupiah, jumlah unit, jumlah
siklus kegiatan yang diselesaikakn.
3) Timeliness,
adalah tingkat sejauh mana suatu
kegiatan diseesaikan pada waktu yang dikehendaki, dengan memperhatikakan
koordinasi output lainsecara waktu yang tersediauntuk kegiatan lain.
4) Cost-effectiveness,
adlah tingkaat sejauh mana penggunaan daya organisasi (manusia, keuangan,
teknologi, material) dimaksimalkan untuk mencapai hasil tertinggi, atau pengurangan kerugian
dari setiap unit penggunaan sumber daya.
5) Need
for supervision, merupakan tingkat sejauh mana seorang pekerja dapat
melaksanakan suatu fungsi pekerjaan tanpa memerlukan pengawasan seseorang
supervisor untuk mencegah tindakan yang kurang diinginkan.
6) Interpersonal
Impact, merupakan tingkat sejauh mana karyawan memerlukan harga diri, nama baik
dan bawahan.
Penilaian
juga mempunyai beberapa pengaruh dalam hal pemberian upah. Oleh karenanya,
dengan adanya motivasi itu diharapkan perusahaan mempunyai suatu inventaris
dari kemampuan karyawan untuk dapat melakukan pekerjaan lain pada jabatan yang
sama, atau bekerja pada suatu tingkat jabatan yang lebih senior.
Bagi
perusahaan tujuan dari perusahaan penilaian prestasi adalah menyediakan suatu
pengukuran standar dalam penilaian prestasi berkaitan dengan seberapa baik karyawan mengerjakan pekerjaan di tempat
kerjanya. Dalam hal ini karyawan harus menerapkan suatu pemahaman pekerjaan itu
sendiri secara jelasdan spesifik, sasaran-sasaran yang harus dicapai di masa depan, serta mampu
mengalokasikan sumber daya yang ada. Sebaliknya bagi penilaian itu sendiri
harus secara penuh menghargai bahwa ia sedang
menilai prestasi individu terhadap kebutuhan pekerjaan, dan bahwa tidak
relevannya semua faktoor yang tidak dihubungkan dengan prestasi pekerjaan. Penilaian
juga dirasakan penting bagi untuk dilaksanakan oleh para manajer yang telah
dilatih menghargai berbagai kesulitan dari tugas yang telah dilakukan karyawannya.
2.4
Sumber-sumber Data
Tersedia
beberapa sumber data untuk mengukur berbagai aspek penilaian kinerja.
Sumber-sumber ini dapat diklasifikasikan kedalam tiga kategori: data produksi,
data personalia, dan pertimbangan-pertimbangan lainnya.
1) Data
Produksi
Data produksi mengevaluasi kadar penyelesaian tugas
dengan mengukur kuantitas dan kualitas
kinerja. Contoh-contoh data produksi adalah jumlah unit yang dihasilkan per
jam, presentase kesalahan, nilai dan volume penjualan, laba, kembalian
investasi, jumlah orang yang diawasi, jumlah polis asuransi yang terjual, dll.
Data produksi biasanya dianggap ukuran
kinerja yang terbaik karena data ini dapat langsung diamati, langsung dapata
dihitung sehingga setiap orang menyepakati pengukurannya.
Dengan
adanya penerapan teknologi memungkinkan perusahaan memantau kinerja
karyawan-karyawannya dan mengumpulkan data produksi yang ekstensif. Hal itu
dapat dilihat dari beebrapa contoh diantaranya perusahaan memantau
panggilan-panggilan telepon pelanggan untuk menentukan kualitas layanan jasa
yang diberikan oleh para karyawan, dan
kemudian menggunakan informasi ini guna menerapkan program-program insentif
agar memotivasi kinerja karyawan. Satu lagi contoh, para penatar diharapkan
melatih para karyawan oleh karena itu dievaluasi menurut kuantitas maupun kualitas pelatihan yang mereka berikan.
2) Data
personalia
Data personalia mengacu kepada jenis informasi yang
dijumpai dalam arsip-arsip personalia karyawan. Contoh-contoh data personalia
adalah ketidakhadiran, keterlambatan, masa dinas, lamanya pelatihan guna
mengasah kompetensi, program-program pelatihan yang diikuti. Departemen sumber
daya manusia yang dirancang dengan baik patut memiliki suatu sistem untuk
mengumpulkan dan menganalisis data tersebut.
Pendekatan-pendekatan
sistematis yang dapat dilakukan perusahaan dalam melakukan penilaian prestasi
kerja karyawan adalah:
a) Penilaian
Sistematis oleh Atasan
Penilaian
yang sistematis dan dilakukan secara berkala mempunyai banyak manfaat bagi
organisasi. Manfaat pertama adalah memberikan infoormasi yang sangat membantu
di dalam keputusan-keputusan yang menyangkui masalah-masalah seperti, promosi,
kenaikan gaji, dan transfer. Manfaat yang kedua adalah bisa dugunakan untuk
mendorong dan memimpin pengembangan karyawan. Persyaratan untuk melakukan
penilaian yang akurat dan periodic akan memberikan dorongan kepada pihak atasan untuk melakukan penilaian
yang lebih baik. Setiap atasan haruslah mengetahui apa dan bagaimana pekerjaan
para bawahannya. Dan dengan adanya penilaian prestasi kerja ini mau tidak mau
membuat para atasan memperhatikan para
bwahanny.
b) Sistem-sistem
Penilaian Prestasi Kerja Tradisional
Ada
berbagai sistem pengukuran prestasi kerja para karyawan. Sistem-sistem ini
mempunyai dasar yang sama dengan sistem-sistem untuk penilaian jabatan
(evaluasi jabatan). Meskipun demikian perlu disadari bahwa kedua jenis
penilaian ini mempunyai tujuan yang cukup berbeda. Penilaian prestasi kerja
lebih ditujukan untuk menentukan baik tidaknya seorang karyawan untuk bisa
dipakai sebagai dasar promosai. Sedagkan penilaian jabatan ditujukan untuk
menentukan harga suatu jabatan, yang pada akhirnya nanti akan disusun struktur
upah yang adil dan layak. Sistem-sistem penilaian prestasi kerja diantaranya
adalah:
Ø Ranking
Cara
tertua dan paling sederhana untuk menilai prestasi kerja adalah dengan
membandingkan karyawan yang satu dengan karyawan yang lain untuk menentukan
siapa yang lebih baik. Pembandingan dilakukan secara keseluruhan, artinya tidak
dicoba dipisah-pisahkan factor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja.
Ø Grading
Kategori
untuuk prestasi kerja karyawa misalnya adalah baik sekal, memuaskan dan kurang
memuaskan, yang masing-masing mempunyai definisi yang jelas. Faktor-faktor yang
diperbandingkan dalam metode ini diuraikan secara lebih rinci. Prestasi kerja
dari tiap karyawan kemudian diperbandingkan dengan definisi masing-masing
kategori ini, untuk dimaasukkan ke dalam salah satunya.
Ø Skala
Grafis
Pada
metode ini baik tidaknya pekerjaan seorang karyawan dinilai berdasarkan
factor-faktor yang hanya dianggap penting bagi prlaksanaan pekerjaan
tersebut. Kemudian masing-masing factor
tersebut, seperti kuantitas dan kualitas pekerjaan, kerja sama, kepemimpinan,
kehati-hatian, pengetahuan mengenai jabatannya, kerajinan, kesetiaan, dapat
tidaknyadiandalkan dan inisiatif dibagi kedalam berbagai kategori, misalnya
baik sekali, cukup, kurang dan sebagainya, yang disertai dengan definisi yang
jelas untuk masng-masing factor dan masing-masing kategori.
Disamping menyadari
pentingnya pemilihan metode atau sistem yang akan digunakan. Kita perlu pula
menyadari pentingnya kemampuan penilai. Disini kita akan membicarakan siapa yang
akan menilai, bagaimana ia harus dilatih dan bagaimana ketepatan penilaian
harus dipelihara.
ü Siapa
yang menilai
Pada
umumnya yang mempunyai wewenang untuk menilai adalah atasan langsung kepada
para bawahan. Cara lain yang ditempuh adalah menilai kembali hasil penilaian
(review) dari seorang atasan dalam suatu departemen. Pihak yang melakukan
“review” bisa baagian personalia ataupun pihak atasan yang tingkatannya lebih
tinggi dari atasan di tempat kerja kita.
Selain itu dengan menggunakan pendekatan behavior mengajak para bawahan
untuk melakukan penilaian terhadap diri mereka sendiri. Setidaknya mereke
diharapkan untuk bisa mengontro; diri mereka sendiri berkaitan dengan kemajuan
atau kemunduran kinerja yang telah dilakukan.
ü Kapan
melakukan penilaian
Jadwal penilaian
biasanya berlangsung dua atau sekali dalam satu tahun. Para karyawan baru, biasanya dinilai lebih sering
daripada karyawan lama. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa penilaian tidak
perlu diselesaikan dalam waktu satu hari. Apabila jumlah karyawan yang dinilai
cukup banyak, 20 atau 30 orang misalnya; penilaian dalam waktu stu hari jelas
akan memberikan beban yanag terlalu berat, dan mungkin tidak bisa nelakukan
penilaian dengan baik. Dengan kata lain pelaksanaan penilaian disesuaiakan
dengan gambaran secara keseluruhan mengenai ketenagakerjaan yang ada pada
perusahaan tersebut.
2.5
Persediaan tentang Data Potensi Kemampuan Karyawan
Dalam
mempersiapkan potensi karyawan di masa depan perusahaan perlu mempersiapkan
data-data mengenai:
1. Pekerjaan
apa yang dapat dilakukan karyawan saat ini?
2. Pekerjaan
apa yang dapat dilakukan karyawan di masa depan?
3. Apakah
karyawan perlu diberikan pelatihan yang sesuai dengan bidang pekerjaan dan
diberikan kesempatan untuk mengembangkan pengalaman?
2.6
Analisis terhadap Kebutuhan Tenaga Kerja (Work Force Analysis)
Dua
masalah sumber daya manusia yang sering dijadikan sebagai indikasi efektivitas
keorganisasian adalah ketidakhadiran (absenteeinsm) dan perputaran karyawan
(turnover). Apabila statistic ketidakhadiran dan perputaran karyawan melonjak,
maka manejer-manajer perlu mengevaluasi situasi dan menentukan apakah kenaikan
statistik itu dikarenakan kondisi kerja yang semakin buruk, atau karena
sebab-sebab lain. Ketidakhadiran dapat menjadi subtitusi terhadap perputarann
karyawan, khususnya apabila tidak banyak alternative pekerjaan yang tersedia.
Dalam
upaya menganalisis masalah-masalah ketidakhadiran secara cermat, manajemen
membedakan dua jenis ketidakhadiran dan perputaran karyawan: yaitu karena
sukarela dan paksaan. Ketidakhadieran sukarela (voluntary absenteeism) dan
perputaran sukarela (voluntary turover) terjadi pada saat kalangan karyawan
mempunyai pilihan bekerja atau tidak bekerja, dan mereka dengan sengaja memilih
berhenti bekerja. Ketidakhadiran terpaksa (involuntary absenteeism) dan
perputaran terpaksa (involuntary turnover) terjadi pada saat para karyawan
kehilangan pekerjaan atau diberhentikan karena alasan-alasan diluar kendali
mereka. Dua contoh perputaran terpaksa adalah pemutusan hubungan kerja (PHK) .
Organisasi memutsukan hubungan kerja karena karyawan tersebut tidak lagi
dibutuhkan. Beberapa contoh ketidakhadiran terpaksa adalah masalah-masalah
kesehatan, kematian, sakit parah, kesulitan-kesulitan transportasi, dan cuaca
buruk.
1. Ketidakhadiran
Kontrol ketidakhadiran perlu diawasi oleh supervisor
dan para manajer, karena mereka adalah sumber data yang bisa memberi masukan
berkaitan dengan arsip ketidakhadiran setiap karyawan. Untuk mengurangi angka
ketidakhadiran diharapkan antara atasan dan bawahan mampu membuka komunikasi
secara terbuka dari dua arah sehingga akan diketahui penyebab ketidakhadiran
dan akan dicarikan solusi untuk
mengatsinya. Masalah ketidakhadiran haruslah segera dapat diatasi
mengingat dengan adanya angka ketidakhadiran tentu saja bakal mengurangi jumlah
orang yang tersedia untuk melaksanakan pekerjaan, sehingga pada akhirnya akan
semakin menyulitkan perusahaan mencapai target produksi. Untuk itu kita bisa
melakukan analisis dengan cara sebagai berikut:
Mencata
nama karyawan yang absen
Seringkali terjadi
bahwa tingkat absensi yang tinggi disebabkan oleh kelompok karyawan yang sering
tidak masuk kerja. Dengan demikian, kalua kita mempunyai catatan tentang
nama-nama karyawan yang sering absen, kita mempunyai dasar untuk melakukan
tindakan pendisiplinan.
Mencatat
sebab-sebab ketidakhadiran
Alasan yang sering
terjadi adalah karena factor sakit. Sebab-sebab lain biasanya tentang kesulitan
transportasi (terutama di kota-kota besar), keperluan-keperluan pribadi, da
menjaga anak-anak. Untuk alasan-alasan sakit, perusahaan misalnya bisa memberi
fasilitas kesehatan kepada karyawan. Perusahaan bisa memberi fasilitas jemputan
untuk mengatasi persoalan transportasi, dan mendirikan tempat merawat anak-anak,
agar para karyawan tidak perlu merasa emas meninggalkan anak-anak di rumah.
Memperhatikan
kelompok umur yang sering absen
Pada umumnya karyawan
dalam usia belasan mempunyai kecenderungan untuk sering tidak hadir. Sedanaglan
bagi karyawan yang cukup umur, biasanya mereka jarang tidak masuk kerja. Tetapi
untuk karyawan golongan tua absensinya sering dalam waktu lama karena
sebab-sebab kesehatan.
Kelompok
jenis kelamin
Kelompok karyawawi pada
umumnya cenderung sering tidak masuk disbanding dengan para karyawan.
Sebab-sebabnya biasanya karena mereka tergolong kelompok penerima upah yang
rendah, pekerjaannya dianggap tidak menyenangkan.
Hari-hari
sering tidak masuk kerja
Tabulasi hari-hari
sering tidak masuk kerja, akan bisa memberikan pola yang sangat menarik.
Biasanya hari sering tiadk masuk kerja adalah hari Sabtu atau Senin, sesudah
hari gajian atau sesudah hari libur.
Kondisi
kerja
Disamping sebab-sebab
diatas, mungkin juga tingginya tingkat absensi disebabkan karena
kondisinkerjanyang buruk, pekerjaan yang membosankan atau alasan rekan sekerja
yang tidak menyenangkan.
2. Perputaran
Karyawan
Perputaran karyawan adalah tingkat perpindahan
(movement) melewati batas keanggotaan dari sebuah organisasi. Di dalam arti
yang luas, turnover diartikan sebagai aliran para karyawan yang masuk dan keluar perusahaan. Turnover ini
merupakan petunjuk kestabilan karyawan. Semakin tinggi turnover berarti semakin
sering terjadi pergantian karyawan. Perputaran karyawan, sebagai mana halnya
ketidakhadiran, akan menambah jumlah orang yang dibuthkan. Tingkat perputaran
karyawan yang tinggi dapat dijumpai pada beberapa kasus yang terjadi pada
perusahaan diantaranya karyawan yang berhenti secara sukarela, terminasi oleh
perusahaan, serta pensiun. Dan hal ini akan merugikan perusahaan, sebab apabila
seorang karyawan meninggalkan perusahaan akan membawa berbagai biaya seperti:
Biaya perekrutan karyawan. Menyangkut
waktu dan fasilitas untuk wawancara, serta biaya-biaya lain dalam penarikan
karyawan baru.
Biaya latihan. Menyangkut waktu yang
digunakan oleh departemen personalia yang memberikan pelatihan serta waktu bagi
karyawan yang dilatih.
Tingkat kecelakaan para karyawan baru,
biasanya cenderung tinggi.
Adanya produksi yang hilang selama masa
perganian karyawan.
Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adan ya tingkat turnover yang
tinggi dari suatu departemen tertentu menunjukkan bahwa departemen tersebut
perlu diperbaiki dalam hal pengawasan maupun kondisi kerjanya.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Untuk
melengkapi jumlah dari sumber daya tenaga kerja yang ada, kita memerlukan
hubungan dengan kebutuhan yang direncanakan, kita harus mengambil suatu
inventori secara hati-hati dari persediaan dan harus dipertimbangkan. Sesudaha
itu kita harus meneliti perubahan yang berlangsung di dalam perusahaan, tingkat
kemajuan sampai strukturpromosi, serta tingkat kerugian karyawan.
Faktor-faktor
yang perlu diperhatikan dalam melakukan inventarisasi tenaga kerja adalah
factor ketenagakerjaan, kualifikasi, pelatihan, pengalaman, kemampuan keahlian
dalam penguasaan bahasa asing, distribusi usia, kombinasi factor, serta analisa
leavers.
Enam
kriteria primer yang d apat digunakan
untuk mengukur kinerja adalah:
1. Quality,
merupakan tingkat sejauh mana proses atau hasil pelaksanaan kegiatan mendekati
kesempurnaan atau mendekati tujuan yang diharapkan.
2. Quantity,
merupakan jumlah yang dihasilkan, misalnya jumlah rupiah, jumlah unit, jumlah
siklus kegiatan yang diselesaikan.
3. Timeliness,
adalah tingkat sejauh mana suatu kegiatan diselesaikan pada waktu yang
dikehendaki, dengan memperhatikan koordinasi output lain serta waktu yang
tersedia untuk kegiatan lain.
4. Cost-sffectiviness,
adalah tingkat sejauh mana penggunaan daya organisasi (manusia, keuangan,
teknologi, material) dimaksimalkan untuk mencapai hasil tertinggi, atau
pengurangan kerugian dari setiap unit penggunaan sumber daya.
5. Need
for supervision, merupakan tingkat sejauh mana seorang pekerja dapat
melaksanakan suatu fungsi pekerjaan tanpa memerlukan pengawasan seseorang
supervisor untuk mencegah tindakan yang kurang diinginkan.
6. Interpersonal
Impact, merupakan tingkat sejauh mana karyawan memelihara harga diri, nama baik
dan kerja sama diantara rekan dan bawahan.
Dalam
mempersiapkan potensi karyawan di masa depan perusahaan perlu mempersiapkan
data-data mengenai:
1. Pekerjaan
apa yang dapat dilakukan karyawan saat ini?
2. Pekerjaan
apa yang dapat dilakukan karyawan di masa depan?
3. Apakah
karyawan perlu diberikan pelatihan yang sesuai dengan bidang pekerjaan dan
diberikan kesempatan untuk mengembangkan pengalaman?
Dua
masalah sumber daya manusia yang sering dijadikan sebagai indikasu efektifitas
organisasional adalah ketidakhadiran (absenteeism) dan perputaran karyawan
(turnover). Dalam masalh ketidakhadiran diharapkan perusahaan mampu
meminimalisir tingkat ketidakhadiran karyawan dengan cara mencatat nama
karyawan yang absen, mencatat sebab-sebab ketidakhadiran, memperhatikan
kelompok umur yang sering absen, hari-hari sering tidak masuk kerja, serta
kondisi kerja . Sedangkan masalah lain adalah turnover yang dapat diartikan
sebagai aliran para karyawan yang masuk dan keluar perusahaan. Dengan adanya
tingkat turnover yang tinggi dari suatu
departemen tertentu menunjukkan bahwa departemen tersebut perlu diperbaiki
dalam hal pengawasan maupun kondisi kerjanya.
kak salam kenal... aku amalia (anak fia bisnis 2015). kakak alumni fia bisnis unisma keh?
ReplyDelete