MAKALAH
PERENCANAAN
PENGEMBANGAN SDM
“Mengelola
Kehilangan & Kemunduran SDM”
Dosen
Pembimbing:
Dra. Hj. Ratna Nikin H.
M.Si
Disusun
oleh Kelompok 13 :
Sayyidah
Ayu Hartinah (2130920008)
Winda
Andini Putri (2130920020 )
Yudhi
Primanto (213092000..)
JURUSAN
ILMU ADMINISTRASI NIAGA
FAKULTAS
ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS
ISLAM MALANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Retesi karyawan sering diartikan sebagai upaya untuk
mempertahankan karyawan di dalam organisasi. Retesi karyawan mengacu pada
berbagai kebijakan dan praktik yang mengarahkan karyawan agar bertahan di organisasi
untuk jangka waktu yang lebih lama. Setiap organisasi menginvestasikan waktu
dan uang untuk mengembangkan rekrutmen baru agar ia siap bekerja dan dapat
menyamai karyawan yang sudah ada. Oleh karena itu pula, kehilangan karyawan
selalu berarti kehilangan pengetahuan, modal, keahlian, dan pengalaman. Bila
organisasi kehilangan seseorang dengan banyak pengetahuan dan terlatih, pada
dasarnya organisasi telah kehilangan pendapatan yang seharusnya dihasilkan
karyawan tersebut.
Berdasarkan pemahaman diatas, menjadi sangat penting bagi
organisasi agar tidak kehilangan karyawan, yang dapat mengakibatkan kerugian
dan in-efisiensi dalam pekerjaan organisasi. Prinsipnya, semakin besar karyawan
merasa organisasi tempatnya bekerja mengembangkan kebijakan sumber daya manusia
yang berpusat pada kesejahteraan secara profesional, maka semakin kecil
kecenderungan karyawan untuk meninggalkan organisasi yang mempekerjakan mereka
(Paille, Bordeau & Galois. 2010).
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.
Perputaran
karyawan (Turnover).
2.
Retensi
Karyawan
3.
Mengelola
Retensi Karyawan
4.
Penggunaan
Model Tenaga Kerja
1.3 TUJUAN
1.
Untuk
mengetahui pengertian dan faktor-faktor perputaran karyawan (Turnover).
2.
Untuk
mengetahui pengertian dan faktor-faktor retensi karyawan.
3.
Untuk
mengetahui bagaimana mengelola retensi karyawan
4.
Untuk
mengetahui penggunaan model tenaga kerja
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PERPUTARAN KARYAWAN (TURNOVER)
2.1.1
Pengertian
Perputaran Karyawan
Perputaran karyawan adalah tingkat
perpindahan (movement) melewati batas keanggotaan dari sebuah organisasi. Di
dalam arti yang luas turnover diartikan sebagai aliran para karyawan yang masuk
dan keluar perusahaan. Turnover disebabkan oleh beberapa hal seperti dijelaskan
pada uraian sebagai berikut.
2.1.2
Faktor-faktor Penyebab Perputaran Karyawan (turnover)
Adanya outsourcing, kompetisi yang ketat dan
strategi eksternal dari organisasi menyebabkan semakin meningkatnya rasa tidak
aman dan rasa tidak pasti dari karyawan. Sistem pemberian reward yang dikaitkan
dengan manajemen kinerja serta fleksibelitas dalam pemberian finansial
menyebabkan rasa tidak pasti tentang tingkat pendapatan yang akan diperoleh.
Tuntutan karyawan yang semakin tinggi terhadap
organisasi serta apa yang dilakukan oleh organisasi akan menentukan bagaimana
komitmen karyawan terhadap organisasi yang pada akhirnya akan mempengaruhi
keputusannya untuk tetap bergabung dan memajukan organisasinya atau memilih
tempat kerja lain yang lebih bisa memberi harapan.
Adanya pekerjaan yang sifatnya berjangka pendek
(kontrak) akan mengakibatkan ketidakpastian. Ketidakpastian lain yang menyertai
suatu pekerjaan diantarannya adalah rasa takut terhadap konsekuensi pekerjaan.
Ketidakpastian penempatan atau ketidakpastian masalah gaji sertakesempatan
mendapatkan promosi atau pelatihan. Semua masalah ketidakpastian ini dapat
mengurangi welfare (rasa aman/sejahtera) karyawan.
Jika masalah rasa tidak aman dalam bekerja ini terus
menerus dihadapi karyawan, maka akan mensimulasi munculnya keinginan untuk
berpindah kerja atau instensi untuk turnover. Hal ini sejalan dengan apa yang
dikemukakan oleh Moblev dalam Muchinskv (1993: hal 82-83) yang menyatakan bahwa
rasa tidak puas dalam bekerja akan memicu rencana untuk mencari pekerjaan yang
lain. Adapun perpindahan kerja itu sendiri dapat digolongkan menjadi dua yaitu
perpindahan kerja sukarela yang dapat dihindari disebabkan karena alasan upah
yang lebih baik di organisasi lain, masalah dengan kepemimpinan / administrasi
yang ada, serta adanya organisasi lain yang lebih baik. Sedangkan perpindahan
kerja sukarela yang tidak dapat dihindari disebabkan oleh alasan-alasan :
pindah ke daerah lain karena mengikuti pasangan, perubahan arah kerja individu,
harus tinggal di rumah untuk menjaga pasangan / anak, dan kehamilan.
Salah satu cara untuk menhindari cost yang tinggi
akibat turnover yang tinggi pula, diantarannya adalah memahami aspek-aspek yang
mendasari komitmen organisasi karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut dan
aspek-aspek yang mendasari karyawan tidak betah bekerja di tempat itu.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwasanya kondisi keserbatidakpastian
yang dihadapi oleh organisasi atau perusahaan, juga dihadapi oleh
individu-individu yang menjadi anggota organisasi atau karyawan. Akibat rasa
tidak aman atau tidak pasti yang berkepanjangan akan mempengaruhi kondisi
psikologis karyawan yang bersangkutan. Jika dalam jangka panjang rasa tidak
aman dalam bekerja itu tetap ada dan tidak ada solusinya, maka keputusan untuk
melakukan tindakan turnover hanya menunggu waktu yang tepat.
2.1.3
Predictor
Turnover
Factor
yang penting dalam permasalahan mengenai turnover adalah adanya alternative
pekerjaan lain yang tersedia di luar organisasi, alternative-alternatif organisasi
dan bagaimana individu tersebut menerima nilai atau menghargai perubahan
pekerjaan (perceived costs of job change).
·
Variable
konstektual ini tercakup di dalamnya adalah:
a.
Alternative-alternatif yang ada di luar
organisasi (External alternatives)
Dikarenakan adanya kecenderungan
karyawan untuk meninggalkan organisasi di saat mereka memiliki tempat yang
menjadi tujuan. Karyawan mempunyai persepsi tersendiri mengenai pasar tenaga
kerja yang ada dan umumnya individu-individu ini akan benar-benar melakukan
perpindahan kerja jika persepsi yang ia bentuk sesuai dengan kenyataan dan
mereka merasa aman dengan pekerjaan yang baru.
b.
Alternative-alternatif yang ada di dalam
organisasi (internal alternatives)
Ketersediaan dan kualitas pekerjaan yang
bisa dia capai dalam organisasi bisa digunakan sebagai indeks utilitas dari
turnover. Karyawan tidak akan melakukan turnover dari organisasi jika ia merasa
bahwa ia bisa atau mempunyai kesempatan untuk pindah (internal transfer) ke
pekerjaan lain, di organisasi yang sama yang dianggapnya lebih baik.
c.
Harga/nilai dari perubahan kerja (cost
of job change)
Salah satu factor yang meningkatkan
harga dari turnover adalah asuransi kesehatan dan benefit-benefit yang didapat
dari organisasi asuransi kesehatan dan benefit-benefit yang didapat dari
organisasi (missal pension dan bonus-bonus). Hubungan finansial ini juga
berkaitan erat dengan komitmen kontinuas (continuance commitment), yaitu
kesadaran karyawan bahwa turnover membutuhkan biaya.
·
Sikap
kerja (Work Attitudes)
Adapun
sikap kerja dapat diwujudkan melalui kondisi-kondisi berikut:
a)
Kepuasan Kerja, sikap yang paling berpengaruh
terhadap turnover.
b)
Komitmen organisasi sebagai factor kuat
yang menghambat terjadinya turnover dibanding factor kepuasan.
c)
Kejadian-kejadian kritis (Critical
Events), kejadian-kejadian kritis memberikan kejutan yang cukup kuat bagi
sistem kognitif individu untuk menilai ulang kembali situasi yang dihadapi dan
melakukan tindakan nyata.
Contoh dari
kejadian-kejadian kritis diantarannya adalah perkawinan, perceraian, sakit atau
kematian dari pasangan, kelahiran anak, kejadian yang berkaitan dengan pekerjaan
seperti diabaikan dalam hal promosi, menerima tawaran yang lebih menjaminkan
atau mendengar tentang kesempatan kerja yang lain. Semua kejadian-kejadian
tersebut bisa meningkatkan atau menurunkan kecenderungan seseorang untuk
turnover, karena setiap kejadian bisa disikapi secara berbeda antara individu
yang satu dengan yang lain.
d)
Kerugian-kerugian turnover
Adanya turnover dalam
hal ini akan merugikan perusahaan sebab apabila seorang karyawan meninggalkan
perusahaan akan membawa biaya seperti:
-
Biaya penarikan karyawan. Menyangkut
waktu dan fasilitas untuk wawancara, serta biaya-biaya lain dalam penarikan
karyawan baru.
-
Biaya latihan. Menyangkut waktu yang
digunakan oleh department personalia yang memberikan pelatihan serta waktu bagi
karyawan yang dilatih.
-
Tingkat kecelakaan para karyawan baru
biasanya cenderung tinggi.
-
Adanya produksi yang hilang selama masa
pergantian karyawan.
Dari penjelasan ini dapat disimpulkan
bahwa dengan adanya tingkat turnover yang tinggi dari suatu departemen tertentu
menunjukkan bahwa departemen tersebut perlu diperbaiki dalam hal pengawasan
maupun kondisi kerjanya.
2.2
RETENSI KARYAWAN
2.2.1
Pengertian Retensi Karyawan
Retensi karyawan sering diartikan sebagai upaya untuk
mempertahankan karyawan di dalam organisasi. Retensi karyawan mengacu pada
berbagai kebijakan dan praktik yang mengarahkan karyawan agar bertahan di
organisasi untuk jangka waktu yang lebih lama. Setiap organisasi
menginvestasikan waktu dan uang untuk mengembangkan rekrutmen baru agar ia siap
bekerja dan dapat menyamai karyawan yang sudah ada. Oleh karena itu pula,
kehilangan karyawan selalu berarti kehilangan pengetahuan, modal, keahlian, dan
pengalaman. Bila organisasi kehilangan seseorang dengan banyak pengetahuan dan
terlatih, pada dasarnya organisasi telah kehilangan pendapatan yang seharusnya
dihasilkan karyawan tersebut.
2.2.2 Faktor- faktor Retensi Karyawan
Ada
beberapa faktor penentu retensi karyawan. Kalau merujuk pendapat Mathis
& Jackson (2006, 128-135), faktor-faktor tersebut antara lain:
1) Komponen Organisasional
Beberapa
komponen organisasional mempengaruhi karyawan dalam memutuskan apakah bertahan
atau meninggalkan perusahaan mereka. Organisasi yang memiliki budaya dan nilai
yang positif serta berbeda mengalami perputaran karyawan yang lebih rendah.
Strategi, peluang, dan manajemen organisasional di dalam perusahaan yang
dikelola dengan baik juga akan mempengaruhi retensi karyawan. Demikian pula
dengan kontinuitas dan keamanan kerja (job security) seseorang di suatu
organisasi, juga turut berpengaruh terhadap retensi karyawan.
2) Peluang Karier Organisasional
Survei
terhadap karyawan di semua jenis pekerjaan tetap menunjukkan bahwa usaha
pengembangan karir organisasional dapat mempengaruhi tingkat retensi karyawan
secara signifikan. Faktor-faktor yang mendasarinya adalah pelatihan karyawan
secara kontinu yang dilakukan perusahaan, pengembangan dan bimbingan karier
terhadap seseorang, serta perencanaan karier formal di dalam suatu organisasi.
3) Penghargaan dan Retensi Karyawan
Penghargaan
nyata yang diterima karyawan karena bekerja, datang dan pembentukan gaji,
insentif, dan tunjangan. Menurut banyak survei dan pengalaman, satu hal yang
penting terhadap retensi karyawan adalah mempunyai praktik kompensasi yang
kompetitif. Penghargaan yang kompetitif tersebut dapat dilakukan dalam bentuk
gaji dan tunjangan yang kompetitif, penghargaan berdasarkan kinerja, pengakuan
terhadap karyawan serta tunjangan dan bonus spesial.
4) Rancangan Tugas dan Pekerjaan
4) Rancangan Tugas dan Pekerjaan
Faktor
mendasar yang mempengaruhi retensi karyawan adalah sifat dari tugas dan
pekerjaan yang dilakukan. Beberapa organisasi menemukan bahwa angka perputaran
karyawan yang tinggi dalam beberapa bulan lamanya pekerjaan sering kali
dihubungkan dengan usaha penyaringan seleksi yang kurang memadai. Rancangan
tugas dan pekerjaan yang baik harus memperhatikan unsur tanggung jawab dan
otonomi kerja, fleksibilitas kerja karyawan, kondisi kerja yang baik (faktor
fisik dan lingkungan seperti, ruang, pencahayaan, suhu, kegaduhan dan
sejenisnya), dan keseimbangan kerja/kehidupan karyawan.
5) Hubungan Karyawan
Hubungan
yang dimiliki para karyawan dalam organisasi menjadi faktor yang diketahui
dapat mempengaruhi retensi karyawan. Apabila karyawan memperoleh perlakuan yang
adil atau tidak diskriminatif, mendapat dukungan dari supervisor atau
manajemen, dan memiliki hubungan dengan rekan kerja yang baik, maka hal-hal ini
akan mempengaruhi retensi karyawan.
2.3
MENGELOLA RETENSI KARYAWAN
Untuk mencegah terjadinya retensi karyawan atau
setidaknya kalaupun harus ada retensi karyawan maka retensi tersebut haruslah
dikelola. Mengelola retensi karyawan merupakan sebuah proses. Gambaran
mengenai proses mengelola retensi karyawan sebagai berikut:
1)
Pengukuran dan penilaian retensi karyawan
Guna memastikan bahwa tindakan yang tepat diambil
untuk meningkatkan retensi karyawan dan mengurangi perputaran, keputusan
manajemen lebih membutuhkan data dan analisis daripada kesan subjektif dati
situasi individual yang dipilih, atau reaksi terhadap hilangnya beberapa orang
penting. Oleh karena itu, adalah penting untuk mempunyai beberapa jenis ukuran
dan analisis yang berbeda. Data yang dapat diukur dan dinilai, terdiri dari:
Analisis pengukuran perputaran, biaya perputaran, survei karyawan dan wawancara
keluar kerja
2) Intervensi
Retensi Karyawan
Berbagai intervensi Sumber Daya Manusia (SDM) dapat
dilakukan untuk memperbaiki retensi karyawan. Perputaran dapat dikendalikan dan
dikurangi dengan beberapa cara, yaitu: pengembangan sistem perekrutan dan
seleksi, orientasi dan pelatihan, kompensasi dan tunjangan, perencanaan dan
pengembangan karier, dan hubungan karyawan yang juga mempertimbangkan upaya
meminimalisir retensi karyawan.
3) Evaluasi dan Tindak Lanjut
3) Evaluasi dan Tindak Lanjut
Setelah usaha intervensi dilakukan, selanjutnya
evaluasi dan tindak lanjut dapat dilakukan dengan cara: menelaah data
perputaran secara tetap, memeriksa hasil intervensi dan menyesuaikan usaha
intervensi.
2.4 PENGGUNAAN MODEL TENAGA KERJA
1. Pengaruh-pengaruh
terhadap sistem tenaga kerja
ü Kebutuhan
kita akan tenaga kerja di masa depan.
ü Pola-pola
kehilangan di masa mendatang.
ü Kebijakan
penggantian kita.
2. Peragaan
tenaga kerja
Langkah-langkah
dasar
Contoh
:
Sistem
tenaga kerja angkutan bersenjata
Pensiun
& penyusutan
promosi
pensiun&penyusutan
3. Mengukur
faktor-faktor pokok
§ Jumlah
pekerjaan di masa mendatang
Misal : Jendral 102
menjadi 96 prajurit biasa dari 56 menjadi 58
§ Penyusutan
Pensiun pada usia 65
tahun
Tingkat penyusutan
jendral
20-34th =
20%
35-49th =
15%
50-65th =
10%
Tingkat penyusutan
prajurit
20-34th =
50%
35-49th =
40%
50-65th =
20%
§ Kebijakan
penggantian
Kebijakan tarikan
Kebijakan dorong
§ Kebijakan
promosi
promosi – riwayat umur
20-34th =
30%
35-49th =
60%
50-65th =
10%
§ Perekrutan
jika diasumsikan bahwa
kebijakan masa lampau dilanjutkan, maka:
pada usia : 20-34th = 75%
35-49th = 20%
50-65th
= 5%
Memproyeksikan sistem untuk waktu mendatang kita
anggap arus yang ada adalah arus tarik menggunakan urutan logis untuk
memperagakan perilaku sistem itu dan mengikuti gelombang yang disebabkanya
terus ke bawah sampai titik di mana kita merekrut orang-orang luar memasuki
tingkat prajurit biasa`
Jendral
Jumlah
awal tahun berdasarkan Ban umur
Perkiraan pensiun & penyusutan
Persediaan yang tersisa setelah
penyusutan
Jumlah promosi untuk mencapai
sasaran
Sediaan setelah ditambah promosi
masuk
Sesuaikan untuk jendral yang menjadi
luas
Sediaan pada akhir tahun menurut
kelompok umur
Prajurit
biasa
Jumlah
tahun berdasarkan Ban umur
Perkiraan pensiun dan penyusutan
Persediaan
yang tersisa setelah penyusutan
Sesuaikan
untuk promosi yang diperlukan menjadi jendral
Sediaan
yang tersisa setelah penyusutan dan promosi
Hitung
jumlah rekrutan untuk mencapai sasaran
Sediaan
setelah menambahkan rekrutan masuk
Sesuaikan
untuk prajurit yang menua
BAB
III
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Sebagai salah satu modal dan aset penting dalam perusahaan, karyawan
merupakan SDM yang hendaknya bisa dikelola dengan baik dan tepat. Banyak
perusahaan mengalami kemunduran akibat kurang bisa mengelola SDM yang ada pada
perusahaan tersebut sehingga banyak karyawan yang ingin mendapatkan jenjang
karir dan tugas yang sesuai dengan bidangnya memilih untuk pindah ke perusahaan
lain.
Oleh sebab itu penting mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi retensi
karyawan dan pengelolaannya. Setidaknya
kalaupun harus ada retensi karyawan maka retensi tersebut haruslah dikelola. Diantaranya :
-
Pengukuran dan
penilaian retensi karyawan
-
Intervensi
Retensi Karyawan
-
Evaluasi dan
Tindak Lanjut
DAFTAR
PUSTAKA
Barber,
Alson E. 1998. Recruitment Employees
Individual and Organizational Perspective. Sage Publications. Inc.
California.
Mangkunegara,
A.P. 2002. Manajemen Sumber Daya manusia.
Cetakan keempat Remaja Rosda Karya. Bandung.
No comments:
Post a Comment