Thursday, July 14, 2016

MAKALAH MANAJEMEN STRATEGI DAN KEBIJAKAN BISNIS “PERUMUSAN STRATEGI KORPORAT”



PBAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Manajemen strategis adalah seni dan ilmu penyusunan, penerapan, dan pengevaluasian keputusan-keputusan lintas fungsional yang dapat memungkinkan suatu perusahaan mencapat sasarannya. Manajemen strategis adalah proses penetapan tujuan organisasi, pengembangan kebijakan dan perencanaan untuk mencapai sasaran tersebut, serta mengalokasikan sumber daya untuk menerapkan kebijakan dan merencanakan pencapaian tujuan organisasi. Manajemen strategis mengkombinasikan aktivitas-aktivitas dari berbagai bagian fungsional suatu bisnis untuk mencapai tujuan organisasi.
Manajemen strategis berbicara tentang gambaran besar. Inti dari manajemen strategis adalah mengidentifikasi tujuan organisasi, sumber dayanya, dan bagaimana sumber daya yang ada tersebut dapat digunakan secara paling efektif untuk memenuhi tujuan strategis. Manajemen strategis di saat ini harus memberikan fondasi dasar atau pedoman untuk pengambilan keputusan dalam organisasi. Ini adalah proses yang berkesinambungan dan terus-menerus. Rencana strategis organisasi merupakan dokumen hidup yang selalu dikunjungi dan kembali dikunjungi. Bahkan mungkin sampai perlu dianggap sebagaimana suatu cairan karena sifatnya yang terus harus dimodifikasi. Seiring dengan adanya informasi baru telah tersedia, dia harus digunakan untuk membuat penyesuaian dan revisi.
Pertimbangan global praktis berdampak pada keputusan strategis, batas-batas negara diabaikan. Untuk mengetahui dan menghargai dunia dari perspektif orang lain telah menjadi masalah hidup atau mati untuk bisnis. Dengan demikian perlu adanya kegiatan dalam pengambilan keputusan yang disesuaikan antara kemampuan yang dimiliki dengan lingkungan yang ada di sekitar sehingga perlunya adanya manajemen strategi.
 1.2. Perumusan Masalah
a. Bagaimana Perumusan dari Strategi Korporat.
b. Apa yang dimaksud dengan Strategi Stabilitas.
c. Bagaimana Pengertian dari Strategi Pertumbuhan.
d. Apa yang dimaksud dengan Strategi Pengurangan.



1.3. Manfaat
Mahasiswa dapat menegrti Bagaimana Perumusan Strategi Korporat Strategi.
Mahasiswa Mengerti Bagaimana Strategi Stabilitas, Strategi Pertumbuhan, dan Straregi Pengurangan.





























BAB II
PEMBAHASAN

2. PERUMUSAN STRATEGI KORPORAT
Pengertian Strategi Korporat
Strategi Korporat ( Corporate Strategy) adalah strtegi yang berkaitan dengan pilihan arah perusahaan secara keseluruhan serta pengelolaan portofolio bisnis dan prodak.
Strategi perusahaan (Korporat) atau organisasi merupakan suatu wilayah kajian yang selalu menarik untuk dicermati. Begitu banyak pendekatan yang dilakukan, mulai dari sangat kuantitatif sampai pada belajar dari pengalaman sukses seseorang atau suatu perusahaan (best practices).
Setidaknya, terdapat dua aliran besar yang dijadikan landasan pembahasan strategi perusahaan, yaitu kajian tentang strategi-strategi utama (grand strategies) dan strategi-strategi generik (generic strategies). Strategi utama merupakan seperangkat alternatif strategi perusahaan yang secara umum dijadikan ‘patokan’ dalam menentukan strategi yang akan diambil oleh suatu perusahaan.
STRATEGI GENERIK.
Meyakini bahwa strategi perusahaan pada dasarnya dapat dikategorikan ke dalam empat strategi generik, yaitu: strategi stabilitas (stability), ekspansi (expansion), penciutan (retrenchment), dan kombinasi (combination) dari ketiganya. (Umar, 1999).
1. Strategi Stabilitas (stability)
Pada prinsipnya, strategi ini menekankan pada tidak bertambahnya produk, pasar dan fungsi-fungsi perusahaan karena berusaha untuk meningkatkan efisiensi di segala bidang dalam rangka meningkatkan kinerja dan keuntungan. Strategi ini relatif rendah resiko dan biasanya dilakukan untuk produk yang tengah berada pada posisi matang/dewasa (maturity).
2. Strategi Ekspansi (expansion)
Strategi ekspansi menekankan pada penambahan atau perluasan produk, pasar dan fungsi dalam perusahaan sehingga aktivitas perusahaan meningkat. Tetapi selain keuntungan yang ingin diraih lebih besar, strategi ini juga mengandung resiko kegagalan yang tidak kecil.
3. Strategi Penciutan (retrenchment)
 penciutan dimaksudkan untuk melakukan pengurangan atas pasar maupun fungsi-fungsi dalam perusahaan yang memiliki aliran keuangan (cash-flow) negatif. Biasanya strategi ini diterapkan pada perusahaan yang berada pada tahap menurun (decline).
4. Strategi Kombinasi (combination)
Oleh karena berbagai perubahan eksternal seringkali hadir secara tidak seragam (dan bahkan terkadang sulit diduga) terhadap berbagai lini produk (product line) yang dihasilkan suatu perusahaan seperti daur hidup produk (product life cycle) yang tidak seragam, maka perusahaan tersebut dapat saja melakukan kombinasi atas ketiga jenis strategi di atas secara bersama.
STRATEGI UTAMA
Secara garis besar strategi utama meliputi sebagai berikut.
  (Lihat David, 1998; Porter 1980 dan 1985):
1. Integration Strategies
Tiga jenis strategi, yaitu forward, backward, dan horizontal seringkali disebut sebagai strategi-strategi vertical integration. Namun, tidak jarang yang memaksudkan integrasi vertikal sebagai hanya integrasi forward dan backward saja.
a. Forward Integration
Integrasi ke hilir melibatkan upaya untuk memperoleh kepemilikan (saham perusahaan) lebih besar atau meningkatkan kontrol terhadap para distributor dan peritel. Salah satu bentuk/cara efektif untuk melakukan strategi ini adalah waralaba (franchising). Begitu banyak perusahaan berminat di bidang ini sebagai upaya untuk mendistribusikan produknya (barang maupun jasa). Salah satu alasan terbesar hadirnya bentuk waralaba ini adalah realita bahwa model ini sebetulnya merupakan upaya untuk membagi biaya dan peluang kepada banyak pihak. Perhatikan gejala bermunculannya factory outlet yang merupakan salah satu bentuk strategi ini. Contoh lain adalah perusahaan farmasi Kimia Farma dengan Apotik Kimia Farma-nya dan perusahaan sepatu BATA dengan toko BATA-nya. Perhatikan pula Coca Cola dengan perusahaan pembotolan di berbagai negara serta keputusan untuk membeli perusahaan fastfood.
b. Backward Integration
Integrasi ke hulu merupakan suatu strategi yang mengupayakan kepemilikan atau meningkatkan kontrol terhadap perusahaan pemasok. Hal ini dibutuhkan karena baik produsen maupun peritel selalu membeli bahan baku dari perusahaan pemasok. Strategi ini menjadi menarik terutama ketika perusahaan pemasok yang saat ini ada ternyata tidak dapat diandalkan (unreliable), terlalu mahal, atau tidak dapat memenuhi kebutuhan perusahaan. Langkah ini dapat disebut sebagai upaya “mengamankan” jalur pasokan perusahaan terhadap kebutuhan dalam rangka proses produksinya. Contoh yang menarik adalah Harian Jawa Pos yang mendirikan pabrik kertas untuk menjamin
ketersediaan pasokan kebutuhan bahan bakunya. Perhatikan pula Gudang garam yang memiliki pabrik kertas rokok di Afrika.
Namun demikian, perlu pula dicermati munculnya kecenderungan bahwa berbagai industri besar mulai melakukan aktivitas de-integrasi (deintegration), yaitu melepas berbagai aktivitas yang “seharusnya” menjadi bagian dari aktivitas perusahaan pemasok. Tidak tertutup kemungkinan, sampai pada level tertentu, ternyata perusahaan menemukan bahwa integrasi ke hulu bukan lagi solusi tepat untuk unggul dalam persaingan, karena menjadi semakin membebani keuangan perusahaan. Oleh karenanya, kecenderungan perusahaan untuk melakukan outsourcing kemudian menjadi berkembang pesat. Perhatikan kebijakan Sampoerna ketika melakukan outsourcing produksi rokok kretek tangan kepada berbagai koperasi di Jawa Tengah.
c. Horizontal Integration
Strategi integrasi ke samping merupakan strategi yang dilakukan dalam bentuk membeli atau meningkatkan kontrol terhadap perusahaan pesaing. Salah satu kecenderungan paling signifikan dalam kompetisi perusahaan saat ini adalah meningkatnya upaya untuk melakukan integrasi ke samping sebagai suatu strategi pertumbuhan. Merjer, akusisi, dan pengambilalihan perusahaan yang sedang bersaing memberikan peluang terjadinya skala ekonomi (economies of scale) serta mendorong terjadinya transfer sumber daya dan kompetensi perusahaan. Dalam artikelnya, Kenneth Davidson (Davidson, 1987) mengungkap bahwa merjer di antara perusahaan yang tidak bergerak di bidang yang sama merupakan suatu kesalahan. Tetapi merjer yang terjadi pada perusahaan yang sedang bersaing langsung (direct competitors) memberikan peluang yang besar untuk menyatukan potensi agar menjadi lebih efektif, efisien, dan kompetitif. Contoh pelaksanaan strategi integrasi horisontal adalah ketika toko obat Guardian membeli Shop-in atau Indofood membeli SuperMie, dan ketika beberapa bank membentuk Bank Mandiri.
2. Intensive Strategies
Kelompok strategi ini disebut sebagai intensive strategies, karena mensyaratkan berbagai upaya yang intensif untuk meningkatkan posisi kompetitif perusahaan dengan produk yang ada. Kelompok strategi ini meliputi tiga strategi, yaitu:
a. Market Penetration
Strategi penetrasi pasar berusaha untuk meningkatkan pangsa pasar untuk produk atau layanan yang ada saat ini di dalam pasar yang ada saat ini melalui upaya-upaya pemasaran yang lebih besar. Strategi ini umum diterapkan baik sendiri maupun sebagai kombinasi dengan strategi lainnya. Termasuk di dalam penetrasi pasar adalah meningkatan jumlah tenaga penjualan, peningkatan pembelanjaan iklan, penawaran barang-barang promosi secara ekstensif (besar-besaran), atau peningkatan upaya-upaya publisitas. Aktivitas pemasaran dan promosi yang intensif dari A-Mild Sampoerna dan berbagai perusahaan rokok lainnya merupakan contoh yang menarik. Demikian juga dengan upaya McDonald untuk memberikan berbagai cinderamata menarik maupun beberapa pabrik farmasi yang meningkatkan jumlah detailer obat-nya.
b. Market Development
Pengembangan pasar melibatkan upaya-upaya untuk mengenalkan produk atau layanan yang ada saat ini kepada berbagai wilayah geografis baru. Globalisasi dan iklim perkembangan pasar internasional semakin kondusif untuk strategi ini. Hal ini dibutuhkan karena tidak jarang persaingan yang demikian ketat pada suatu pasar tertentu menyebabkan pengalihan perhatian kepada pasar yang baru merupakan solusi agar perusahaan tidak tersingkir dari arena bisnisnya.
Namun demikian, perlu dicermati bahwa pada wilayah-wilayah tertentu masuknya pemain baru yang besar akan menimbulkan pergesaran equilibrium persaingan bisnis yang ada. Oleh karenanya, tidak jarang para pemain besar akan mengalami tantangan dari para pemain lokal sehingga terpaksa harus melakukan berbagai konsesi yang dapat diterima.
perusahaan ritel yang bergerak pada skala grosir dan hypermarket, sering mengalami tantangan tersebut. Makro, Alfa, Holland Bakery, Matahari dan berbagai perusahaan lainnya, membuka gerai baru di berbagai lokasi merupakan contoh penerapan strategi ini.
c. Product Development
Pengembangan produk yang berusaha meningkatkan penjualan melalui perbaikan atau modifikasi produk atau layanan yang ada saat ini. Biasanya strategi pengembangan produk tercermin pada biaya penelitan dan pengembangan (Research and Development) yang besar. Beberapa industri yang sangat didominasi oleh aktivitas R&D adalah otomotif, komputer, dan farmasi. Pada industri yang berbasis R&D seperti ini, setiap keterlambatan untuk meluncurkan sesuatu yang baru akan berarti perusahaan tersebut berpeluang kehilangan posisi kompetitifnya. Dan oleh karenanya, aktivitas R&D menjadi tidak pernah berhenti untuk menghasilkan suatu perbaikan yang terus-menerus (continuous improvement). Rinso dengan berbagai variannya serta Pepsodent dengan berbagai variannya merupakan contoh dari strategi ini. Juga munculnya berbagai features baru pada produk Handphone, komputer, dan perusahaan jasa seperti Telkom dengan Telkom Memo-nya merupakan contoh yang menarik.
STRATEGI STABILITAS
·           Prinsipnya strategi ini menekankan pada tidak bertambahnya produk, pasar dan fungsi-fungsi perusahaan.
·           Lebih pada meningkatkan efisiensi disegala bidang untuk meningkatkan kinerja/keuntungan.
·           Strategi ini mempunyai resiko yang rendah.
·           Digunakan pada suatu produk/bisnis yang berada pada tahap kedewasaan (mature).
·           Alasan-alasan memakai strategi stabilitas adalah :
o    Perusahaan telah berhasil & menguntungkan pada saat ini.
o    Strategi ini hanya sedikit resikonya.
o    Mudah menerapkannya.
o    Anggapan bahwa ekspansi mengakibatkan ketidakefisienan.

1.      STRATEGI PERTUMBUHAN
Strategi pertumbuhan adalah strategi bersaing yang berusaha mengembangkan (membesarkan) perusahaan sesuai dengan ukuran besaran yang disepakati untuk mencapai tujuan jangka panjang perusahaan tersebut, misalnya, berhasil meningkatkan volume penjualan, besarnya pangsa pasar yang dikuasai, besarnya laba yang diperoleh, wilayah pemasaran yang dijangkau, ragam produk yang dihasilkan, harta kekayaan yang dioperasikan, penguasaan teknologi, jumlah karyawan, dan ukuran lain yang ditetapkan.
Sampai kini, nampaknya strategi pertumbuhan merupakan strategi korporat yang paling banyak diterapkan. Hanya dengan pertumbuhan, perusahaan dapat berkembang yang pada gilirannya mampu mencapai tujuan perusahaan, keuangan dan strategik. Tujuan tersebut sepertinya tidak hendak tercapai jika perusahaan hanya sampai pada tahap bertahan hidup. Apalagi ketika kini halangan memasuki pasar semakin kecil dan persaingan antarperusahaan semakin tajam.
Secara ringkas, jenis strategi pertumbuhan dapat dibedakan sebagai berikut :
a.       Konsentrasi
b.      Perluasan pasar
c.       Pengembangan produk
d.      Integrasi horizontal
e.       Integrasi vertikal
f.       Diversifikasi konsentrik
g.      Diversifikasi konglomerasi
a.      Konsentrasi
Strategi konsentrasi berusaha mengarahkan sumber daya dan dana yang dimiliki untuk digunakan mengembangkan satu jenis produk tertentu yang menggunakan satu jenis teknologi pokok tertentu yang berada dalam satu pasar tertentu. Kalaulah terjadi pengembangan produk, produk tersebut memiliki kaitan terknologi yang sangat dekat dan masih berada dalam pasar yang sama. Sekiranya dalam perkembangannya nanti perusahaan berhasil dan manajemen menginginkan menerapkan strategi pertumbuhan yang lebih agresif, misal melalui diversifikasi, pilihan jenis usaha (produk) dalam strategi konsentrasi biasanya akan dijadikan dasar dalam perumusan penentuan bisnis inti (core business) perusahaan.
      Secara detail, ragam pilihan strategi konsentrasi dapat dilihat pada uraian berikut ini. Pertama, perusahaan berusaha meningkatkan tingkat penggunaan barang dari konsumen yang sudah dimiliki, yang dapat dilakukan melalui :
·           Meningkatkan jumlah pembelian
·           Meningkatkan kecepatan tingkat kadaluwarsa barang
·           Memperkenalkan penggunaan lain (baru) dari barang
·           Memberikan insentif harga sebagai dorongan peningkatan penggunaan barang
Kedua, perusahaan berusaha menarik pelanggan yang dimiliki pesaing dan dialihkan menjadi calon konsumen perusahaan. Pilihan ini dapat dilakukan dengan cara :
·           Memperjelas diferensiasi barang
·           Menggiatkan promosi barang
·           Menawarkan potongan harga
Terakhir, perusahaan juga dapat memilih mencoba menarik calon pembeli baru yang selama ini belum menjadi konsumen perusahaan dan belum menjadi pelanggan pesaing, yang dapat dilakukan dengan cara :
·           Mendorong mencoba memakai barang, dengan inisiatif harga maupun mencoba contoh barang
·           Menaikkan dan atau menurunkan harga
·           Mempromosikan di media lain (baru)
Strategi konsentrasi amat dikenal dan diterapkan oleh banyak perusahaan karena strategi ini memberikan cukup banyak kemudahan. Tidak kalah pentingnya, strategi konsentrasi juga merupakan pilihan strategi yang mengandung risiko usaha yang relatif kecil, karena strategi tersebut tidak menuntut kesiapan dana yang melimpah, khususnya dana modal kerja.


      Sekalipun demikian, ini tidak berarti bahwa strategi konsentrasi dapat diterapkan dengan kemungkinan tingkat keberhasilan yang tinggi pada setiap situasi. Pilihan tersebut bersidat kontekstual. Ada beberapa prasyarat yang diperlukan. Pertama, strategi konsentrasi tepat diterapkan bila perusahaan beroperasi pada jenis industri yang tidak (begitu) terpengaruh oleh perkembangan (penyempurnaan) teknologi. Pada umumnya berada pada tahapan akhir pertumbuhan industri atau malahan telah mulai berada pada tahapan awal kedewasaan. Apalagi jika halangan memasuki pasar, khususnya yang disebabkan oleh besarnya persyaratan modal, amat tinggi.
      Kedua, pilihan menerapkan strategi konsentrasi dinilai tepat jika pasar sasaran yang dituju tidak begitu mudah mengalami kejenuhan. Apalagi, jika pasar terus berkembangm setidaknya permintaan barang diperkirakan stabil. Tidak mengalami penurunan yang signifikan. Tidak ada siklus naik turunnya permintaan.
Ketiga, keputusan pilihan dinilai tepat jika produk yang dihasilkan perusahaan dinilai oleh masyarakat pembeli memiliki keunggulan yang sulit untuk ditiru oleh pesaing. Apalagi jika sampai dinilai unik (khas).
Terakhir, pilihan strategi konsentrasi akan menjanjikan keberhasilan jika masukan yang diperlukan dalam proses produksi untuk menghasilkan produk tersebut stabil, dalam kuantitas dan harga.
Disamping beberapa aspek positif yang dimiliki, strategi konsentrasi bukan tidak mengandung kelemahan. Konsentrasi pada satu jenis produk tertentu dalam pasar tertentu membawa konsekuensi bahwa seluruh sumber daya dan dana hanya tercurahkan pada satu keranjang pilihan. Tidak tersedia alternatif. Akibatnya, jika terjadi perubahan lingkungan bisnis, misalnya karena ada perubahan selera konsumen, penyempurnaan teknologi, tersedianya barang pengganti baru, perusahaan akan sulit mempertahankan laju pertumbuhan yang selama ini telah dicapai. Demikian pula jika terjadi penurunan permintaan dan percepatan daur kehidupan industri menuju pada tahapan kedewasaan atau stagnasi. Ada juga kekhawatiran bahwa penerapan strategi konsentrasi membawa akibat lambatnya laju pertumbuhan perusahaan, karena terbatasnya peluang bisnis. Lahan investasi dan basis persaingan nampak kurang leluasa untuk dimasuki. Terkesan serba terbatas.

b.      Perluasan Pasar
Strategi perluasan pasar biasanya dinilai sebagai strategi yang mengandung risiko relatif kecil setelah strategi konsentrasi. Bahkan, karakter, keunggulan, kelemahan, konteks yang berlaku pada strategi konsentrasi – dalam batas tertentu – juga berlaku pada strategi perluasan pasar. Oleh karena itu, manajer seringkali memadukan kedua macam strategi tersebut.
Strategi perluasan pasar pada dasarnya berusaha menambah jangkauan pemasaran dari jenis barang yang sekarang telah diprodusir. Kalaulah ada modifikasi produk, biasanya dilakukan sebatas yang amat tidak esensial. Tidak berkaitan dengan atribut pokok produk. Hanya sekedar kosmetik. Untuk keperluan ini dapat dilakukan dengan cara menambah pasar sasaran, memodifikasi (memperbanyak) saluran distribusi, memperbaiki (menambah) intensitas promosi. Perusahaan dapat memperluas wilayah pemasaran secara bertahap sejak dari pasar lokal, regional, nasional sampai pasar internasional. Perusahaan dapat juga mencoba menarik segmen pasar baru dengan cara mengembangkan produk yang diharapkan memiliki daya tarik untuk kelompok konsumen tersebut, disamping melakukan modifikasi bauran pemasaran yang lain.
c.       Pengembangan Produk
Strategi ini berusaha melakukan perubahan produk secara substansial. Bahkan, jika perlu perusahaan bersedia mengembangkan produk baru, sekalipun amat jarang sampai pada tahapan benar-benar menciptakan produk baru (inovasi produk). Produk baru tersebut sedikit banyak masih terkait dengan item produk yang selama ini telah dimiliki. Jadi, strategi pengembangan produk jelas-jelas bukan sekedar perubahan kosmetik. Perubahan menyangkut karakter (ciri) dan atribut produk. Pengembangana produk juga sering dikaitkan dengan usaha memperpanjang daur hidup barang, khususnya barang yang memiliki merek yang handal dan reputasi tinggi.
Jadi, dibanding dua strategi pertumbuhan yang sebelumnya telah dijelaskan, strategi pengembangan produk memiliki risiko usaha yang relatif lebih tinggi. Namun demikian, ini tidak berarti bahwa karakter strategi ini telah menyimpang jauh dari dua strategi sebelumnya. Ketiganya belum sampai mencapai tahapan untuk membangun unit usaha strategis baru. Perusahaan hanya memiliki satu unit usaha strategis (a single business). Jadi belum sampai pada bentuk diversifikasi usaha.
Secara detail, strategi pengembanga produk dapat dilakukan dengan berbagai cara berikut. Pertama, dilakukan dengan jalan mengembangkan (merubah) ciri dan atribut produk. Pilihan ini dapat dikerjakan melalui beberapa teknik, antara lain:
·           Adaptasi
·           Modifikasi (warna, gerak, suara, aroma, bentuk)
·           Menambah (kuat, panjang, tebal, nilai lebih)
·           Mengurangi (kecil, ringan, pendek, tipis)
·           Mengganti (bahan, proses, kekuatan)
·           Mengatur ulang (pola, tata letak, urutan, komponen)
·           Membalik (lokasi yang sebelumnya tidak lazim)
·           Kombinasi
Kedua, perusahaan juga dapat melakukan dengan cara mengembangkan produk yang memiliki berbagai tingkatan kualitas. Kemungkinan risiko tersebut lebih banyak dijumpai pada perusahaan yang sebelumnya hanya dikenal sebagai perusahaan yang menghasilkan barang yang berkualitas tinggi. Bisa jadi terkesan ada penurunan kualitas, yang pada ujungnya dapat  mengurangi kebanggaan konsumen dalam memakai barang. Efek ini lebih terasa pada  perusahaan yang memiliki segmen pasar  yang berpendapatan amat tinggi dan gaya hidup yang khas.
Disamping itu, perusahaan juga dapat mengembangkan produk dengan berbagai ukuran dan model (profilerasi produk). Strategi ini cenderung tepat diterapkan pada produk yang dituntut untuk terus menerus mengikuti perkembangan selera konsumen, khususnya yang berkaitan dengan perubahan mode.
Terakhir, perusahaan juga dapat melakukan inovasi produk. Nampaknya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa konsumen berharap akan adanya inovasi produk secara periodik. Setidaknya ada perubahan yang substansial. Jika pilihan ini berhasil dilakukan, perusahaan memiliki kemungkinan menikmati laba yang besar pasa saat produk baru tersebut diterima masyarakat, khususnya pada tahap pertumbuhan. Apalagi, jika juga membawa efek samping kadaluwarsaan produk pesaing.


d.      Integrasi Horizontal
Dalam pengertian yang semula dan yang sudah lazim dikenal, integrasi horisontal terjadi jika perusahaan menambah unit usaha strategis yang dimiliki yang dimiliki yang menghasilkan barang dan atau jasa yang sama dengan yang sebelumnya telah dimiliki. Pada umumnya, integragi horisontal dilakukan dengan cara melakukan akuisisi, yakni membeli perusahaan lain yang menghasilkan produk  yang sama yang sebelumnya menjadi pesaing perusahaan. Oleh karena itu akuisisi jenis ini disebut akuisisi horisontal.
Pengertian ini amat dekat dengan strategi diversifikasi konsentrik yang ditempuh melalui akuisisi bukan melalui pertumbuhan internal. Pada masa lalu yang  jauh, integrasi horisontal memiliki daya tarik yang tinggi. Banyak manajemen yang menerapkannya. Setidaknya dalam dua dari empat kali gelombang merjer (akuisisi) di Amerika Serikat, intensitas integritas horisontal amat tinggi, yakni pada gelombang pertama (1897-1904) dan gelombang kedua (1916-1929). Sejak akhir dasawarsa tujuh puluhan, orang mulai banyak meragukan efektivitas strategi diversifikasi usaha. Meningkatnya perhatian pada pada strategi horisontal juga disebabkan oleh adanya perubahan orientasi pertumbuhan perusahaan. Keterkaitan   dan sinergi yang diharapakan terjadi pada integrasi horisontal kini lebih dimungkinkan mewujud karena ada percepatan perubahan teknologi. 
e.       Integrasi Vertikal
Integrasi vertikal terjadi jika perusahaan melakukan perluasan usaha pada bidang usaha yang sebelumnya menjadi bidang garap pemasok dari perusahaan tersebut tersebut atau bidang usaha yang menjadi garap konsumen dari perusahan tersebut. Jika memasuki bisnis baru yang sebelumnya menjadi bidang usaha pemasok, proses tersebut dinamai dengan integrasi ke belakang atau integrasi ke hulu. Jika memasuki bisnis baru yang sebelumnya menjadi bidang usaha konsumen, proses tersebut dinamai integrasi ke depan. Dengan integrasi vertikal, unit usaha strategis yang dimiliki perusahaan menjadi bertambah. Perusahaan dapat memilih penambahan unit usaha strategis baru tersebut dengan cara pertumbuhan internal maupun akuisis.
f.       Diversifikasi konsentrik
Dikenal ada dua macam diversifikasi  usaha, yakni diversifikasi konsentrik dan konglomerasi. Disversifikasi konsentrik terjadi jika perusahaan memutuskan melakukan ekspansi usaha dengan menambah unit usaha baru, baik dengan cara pertumbuhan internal maupun akuisisi, pada bidang usaha yang masih  memiliki keterkaitan, langsung maupun tidak langsung, dengan bidang usaha yang sebelumnya telah dimiliki. Pada strategi diversifikasi konsentrik selalu dijumpai adanya penambahan unit baru, tidak sekedar produk baru.
g.      Diversifikasi konglomerasi
Diversifikasi  konglomerasi terjadi jika perusahaan melakukan ekspansi usaha dengan ebentuk unit usaha strategi baru pada berbagai bidang  usaha yang saa sekali tidka eiliki keterkaitan dengan bidang usaha yang sebelunya telah dimiliki. Sepertinya perusahaan selalu berusaha menangkap peluang bisnis  yang dinilai memiliki besaran pasar dan tingkat pertumbuhan pasar yang memadai.

2.      STRATEGI PENGURANGAN
Penghematan biaya dengan cara mengurangi sebagian dari asset perusahaan untuk menanggulangi turunnya penjualan dan keuntungan.
Strategi ini digunakan ketika :
-            Mempunyai kemampuan tertentu tetapi selalu gagal memenuhi tujuan dan sasaran
-            Perusahaan merupakan salah satu pesaing yang paling lemah di dalam industri
-            Mengalami ketidakefisiensi, moral karyawan yang buruk, keuntungan yang rendah dan mendapat tekanan dari pemegang saham untuk memperbaiki diri
-            Perusahaan tumbuh menjadi besar dengan sangat cepat sehingga memerlukan reorganisasi internal
Contoh : Bank Rakyat Indonesia melakukan “Golden Shake Hand” atau pengurangan karyawan agar biaya dapat berkurang. Tahun 1990 Daewoo mengalami krisis yang sangat buruk sehingga menjual beberapa asset perusahaan agar tetap mendapat laba.





BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Organisasi perusahaan sekarang dan di masa depan menghadapi lingkungan yang dinamis, yang mengalami perubahan dengan pesat, sehingga memerlukan pertimbangan terbaik di dalam membawa organisasi menuju masa depan. Pertimbangan terbaik hanya dapat dilakukan jika manajemen strategik dilaksanakan.
2. Dengan semakin kompleksnya operasi perusahaan dan semakin kompleks serta turbulenya lingkungan bisnis yang dihadapi perusahaan, manajemen puncak tidak lagi mampu memikul sendiri tanggung jawab atas jalanya perusahaan.
3. Manajemen strategik perlu mengikutsertakan manajemen bawah dan karryawan untuk merumuskan dan mengimplementasikan hasilnya.
4. Manajemen strategik tidak hanya menggunakan perumusan strategi untuk menghasilkan keluaran berupa hasil analisis lingkungan makro dan lingkungan industri, misi, visi, keyakinan dasar, nilai dasar, tujuan dan strategi.










DAFTAR PUSTAKA
Suwarno, Muhammad. 2002. Manajemen Strategis. Akademi Manajemen Perusahaan, YKPN. Yokyakarta
Agustinus, Wahyudi, SE, MBA. 1996. Manajemen Strategik. Binarupa Aksara. Jakarta.

No comments:

Post a Comment